Belajar Menerima Kenyataan Hidup dari Tuhan Yesus
Kadangkala kenyataan hidup tak sejalan dengan impian kita, karena kita tak memiliki kuasa untuk mengatur dunia ini. Namun, ketika kenyataan hidup tak seimpian, kita masih dapat menerimanya dengan lapang dada meskipun terasa pahit.
Tuhan Yesus memberikan contoh bagi kita bagaimana menerima kenyataan hidup yang terasa pahit namun harus Ia jalani saat diri-Nya akan menghadapi kematian-Nya. Tuhan Yesus merasakan bagaimana tekanan jiwa-Nya ketika harus menjalani peristiwa salib.
Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: (Lukas 22:41)
Sebagai manusia, Tuhan Yesus pernah merasakan kenyataan hidup yang berat, yakni mati di kayu salib sesuai dengan kehendak Bapa. Dalam hidup kita pun pasti kita pernah mengalami kenyataan hidup yang berat, misalnya saja kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, menderita penyakit, kekurangan uang dan sebagainya.
Kenyataan hidup yang berat memang membuat tertekan atau terpukul, namun Tuhan Yesus menghadapinya dengan dengan penuh kerelaan. Penyerahan diri sepenuhnya pada Tuhan dapat mengurangi rasa tertekan kita, sebab kita tahu bahwa dalam tangan Tuhan yang penuh kuasa, kita akan memiliki ketenangan.
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:42)
Jika kita sudah menyerahkan segalanya di tangan Tuhan, tak ada lagi yang dapat kita lakukans elain bersyukur, sebab atas kehendak Tuhan maka semuanya pasti akan baik-baik saja, meskipun terasa pahit dan sulit. Sebelum melewati jalan salib, Tuhan Yesus menyerahkan segalanya pada Bapa dan Ia mendapat kekuatan sampai Ia mengakhiri semuanya.
Kita pun demikian, Tuhan akan memberi kekuatan kita untuk menerima kenyataan hidup agar kita dapat mengerjakan panggilan Tuhan sampai akhir. Yang perlu kita lakukan hanya menyerahkan segalanya pada Tuhan dan memercayai-Nya.