Tanpa Sadar Kita Suka Pamrih Sama Tuhan Dengan Cara Begini
Ada orang-orang Kristen yang sudah lama mengenal Tuhan Yesus, bukannya semakin bertambah dewasa rohani, namun malah tetap tidak mengerti kehendak Tuhan, padahal seharusnya kita makin bertambah dewasa dan bijaksana seiring dengan semakin lama kita mengenal Tuhan.
Mari memperhatikan kisah perumpamaan Tuhan Yesus mengenai orang upahan yang dibayar sehari satu dinar yang direkrut atau dipekerjakan di kebun anggur. Pada waktu perekrutan dimulai, si empunya kebun anggur menawarkan upah sehari satu dinar kepada setiap orang yang ditemuinya dan setuju untuk bekerja.
Pada waktu itu, ada yang mulai bekerja pagi hari, siang hari dan sore hari. Ketika pembagian upah diberikan di malam hari, semua orang upahan mendapat upah yang sama yakni satu dinar sehari. Hal ini tentu merupakan sebuah keberuntungan bagi pekerja yang memulai sore hari, bukan? Sehingga pekerja yang memulai bekerja pagi hari pun protes kepada pemilik kebun anggur.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. (Matius 20:10-12)
Jika kita berada di posisi orang upahan yang bekerja sejak pagi, namun mendapat upah yang sama dengan pekerja yang memulai kerja sore hari, apakah kita akan protes juga?
Jika kita berkata, ya, mungkin kita belum mengerti kedaulatan Tuhan. Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun anggur, sementara orang-orang upahan tersebut menggambar anak-anak Tuhan yang dipanggil melayani Tuhan di ladang Tuhan. Ketika kita memprotes kebijakan Tuhan, maka kita belum memiliki kedewasaan rohani.
Kasih Tuhan yang tak bersyarat kepada semua orang merupakan dasar bagi-Nya untuk memberikan apa saja kepada siapa saja yang Ia kenan, jadi jika kita mengenal Tuhan, seharusnya kita memiliki kasih yang sama seperti-Nya dan tidak suka pamrih, seperti orang upahan yang memulai pekerjaan sejak pagi hari.
Orang upahan yang bekerja sejak pagi tentu berpikir, “Saya sudah sejak pagi.” “Saya sudah bekerja lebih lama.” “Saya sudah senior.” Jika berbagai macam alasan pamrih meluncur dari mulut kita pada Tuhan saat kita meliihat orang yang baru mengikut Tuhan lebih baik hidupnya atau lebih diberkati, maka kita perlu bertobat agar tidak dilupakan Tuhan.
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.” (Matius 20:16)