Upah dari Tuhan Ketika Kita Mempedulikan Perasaan Orang Lain
Mempedulikan perasaan orang lain memang tidak mudah, apalagi jika diri kita juga sedang mengalami permasalahan. Namun, Tuhan mengajarkan kita untuk mempedulikan perasaan orang lain, sebagaimana kita ingin diperhatikan juga oleh orang lain. Memperlakukan orang lain, seperti kita ingin diperlakukan akan menjadi taburan berkat yang akan kita tuai pada suatu hari nanti.
Mempedulikan perasaan orang lain, misalnya turut berempati ketika teman orang yang berdukacita, bersukacita ketika saudara kita berbahagia, memberikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan dan sebagainya.
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! (Roma 12:15)
Bersukacita dengan orang yang bersukacita sebenarnya sangat mudah, namun kadangkala kita sulit bersukacita dengan orang yang bersukacita, karena perasan kita diliputi dengan iri hati atau tak suka melihat orang lain bahagia, padahal Tuhan mengajarkan kita untuk bersukacita pula.
Menangis dengan orang yang menangis dapat kita lakukan jika kita memiliki empati, tentu dengan hati yang tulus, bukan dengan modus. Ketika kita turut bersedih dengan orang yang bersedih, hal ini dapat menjadi dukungan yang berarti bagi orang yang bersedih. Berempati dengan yang bersedih dapat kita lakukan dengan menyentuh pundak yang bersangkutan dengan ucapan pemberi semangat yang tak penuh basa basi.
Pada waktu Tuhan Yesus hidup di dunia ini, Ia juga selalu mempedulikan perasaan orang lain, misalnya saja Ia menagis saat melihat Maria saudara Lazarus, ketika Lazarus meninggal. Kasih Yesus yang besar bagi semua orang membuatnya mudah berempati dengan penderitaan orang lain. Jadi, untuk dapat mempedulikan orang lain, kita harus lebih dulu merasakan dan dipenuhi kasih Yesus terlebih dahulu.
Tuhan memanggil kita untuk memedulikan perasaan orang lain, seperti “kita sedang merasakannya” agar kita dapat menjadi berkat dan teladan bagi orang lain. Kepedulian kita pada perasaan orang lain akan menuai kepedulian Tuhan juga, sehingga Ia akan membalas apa yang pernah kita perbuat bagi orang lain.
Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (Mazmur 8:4)