Begini Jika Tuhan Menjawab Keluh Kesah Kita dengan Pertanyaan
Jika kita memiliki masalah yang berat, kita pasti berkeluh kesah dengan Tuhan karena tak dapat menanggungnya. Padahal, Tuhan memiliki rencana yang indah dalam setiap masalah kita dan kita dapat berkeluh kesah, tetapi juga harus tetap tahu diri.
Dalam ujian hidup yang dialami Ayub, ia menjadi sangat depresi sebab semua miliknya hilang dan fisiknya pun menderita, sampai ia menggaruk kulitnya dengan pecahan pecahan beling.
Ayub pun berkeluh kesah pada istri dan sahabat-sahabatnya, sampai Ayub lupa diri dengan mengeluarkan kata-kata yang menyalahkan Tuhan, sampai melantur kemana-mana.
Engkau mengangkat aku ke atas angin, melayangkan aku dan menghancurkan aku di dalam angin ribut. (Ayub 30:22)
Alih-alih Tuhan menjawab keluh kesah Ayub, Ia justru menanggapi Ayub dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya tercengang. Pada pasal-pasal di Alkitab, setelah Ayub berkata-kata, Tuhan justru menyingkapkan siapa Diri-Nya.
Tuhan bukan saja pencipta hidup manusia, tetapi juga pengatur dan pemelihara semua ciptaan-Nya. Jika kita sudah mengerti hal ini, seharusnya Ayub dan kita tak perlu mempertanyakan mengapa masalah kita begitu berat atau mengapa Tuhan seperti menghancurkan kita.
Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian! (Ayub 38:4)
Jika Tuhan sudah memberikan pertanyaan kepada kita, sudah seharusnya kita evaluasi diri, sebab pertanyaan Tuhan bukan harus dijawab melainkan direnungkan dan untuk memperbaiki diri kita.
Ayub dan kita tidak perlu mengetahui jalan Tuhan sepenuhnya, karena tak seorangpun dapat memahaminya. Ayub dan kita hanya perlu merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui kesalahan kita dan bertobat dari pikiran kita yang keliru, serta memercayai Tuhan sepenuhnya, sehingga pemulihan segera terjadi.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (Ayub 42:6)