Ini Ciri Orang Kristen yang Suka Ghosting, Simak Ruginya
Beberapa waktu lalu istilah “Ghosting” menjadi viral di dunia maya lantaran anak pemimpin negara ini kabarnya menghilang atau tak memberi kabar kepada kekasih yang akan dinikahinya.
Istilah “Ghosting” atau menghilang tanpa kabar sebenarnya bukan hal baru dalam dunia percintaan anak muda. Biasanya anak muda kerap meng-ghosting pasangannya karena banyak hal, misalnya selingkuh, bosan dan sebagainya.
Dalam dunia rohani pun sebenarnya “Ghosting” kerap dilakukan anak-anak Tuhan yang tidak memikirkan hati Tuhan dengan seenaknya saja menghilang, tidak memberi kabar ke Tuhan, tidak menjalin komunikasi yang baik dengan Tuhan bahkan menjauh dari Tuhan.
Yunus menjadi salah satu contoh anak Tuhan yang meng-ghosting Tuhan karena ia lari dari panggilan Tuhan, sehingga akibat “Ghosting” Yunus, ia harus masuk perut ikan besar selama 3 hari.
Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. (Yunus 1:3)
Tidak ada yang dapat kita harapkan dari hasil “Ghosting”, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama kita, karena “Ghosting” merupakan tanda kita belum dewasa rohani dan belum siap menerima tanggung jawab.
Padahal, setiap manusia diberikan tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul, guna melatih kedewasaan kita. Akan selalu ada akibat dari “Ghosting” yang kita lakukan, baik kepada Tuhan maupun kepada manusia.
Yunus harus mengulang kembali tugasnya menginjili Niniwe karena Allah ingin penduduk Niniwe bertobat. Setelah melakukan pelayanan pun Tuhan masih belum menemukan karakter Yunus yang sejati.
Jadi, “Ghosting” benar-benar membuang waktu dan membuat tertundanya rencana serta disiplin Ilahi pada kita. Jangan pernah mencoba untuk meng-ghosting Tuhan atau sesama, karena hal ini hanya akan merugikan diri kita sendiri.