Berkat dari Kesabaran
Tidak mudah menjadi orang sabar. Yesus sendiri menjadi contoh bagaimana memiliki karakter hati yang sabar saat Ia mendapati para murid-Nya yang sulit diajari sebab sudah diajar secara teori dan praktek.
Pada waktu itu Yesus menegor murid-murid-Nya karena tak bisa menyembuhkan seorang anak muda yang menderita penyakit ayan. Yesus tentu menegor sebab para murid telah diberikan pelajaran praktek langsung kesembuhan.
Maka kata Yesus: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (Matius 17:17)
Yesus tetap sabar kepada para murid karena Ia tahu segalanya. Yesus tahu kapan para murid masih bergantung pada-Nya dan kapan para murid akan menjadi mandiri. Inilah kunci kesabaran-Nya, yakni mengerti kehendak Allah.
Pada waktu kita mengerti kehendak Allah, maka kita bukan saja menjadi orang yang bijaksana tetapi juga menjadi orang yang penyabar. Orang yang banyak belajar kesabaran dari Yesus akan tahu kapan harus bersabar dan kapan harus mengungkapkan kemarahannya.
Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati. (Pengkhotbah 7:8)
Ada dua dimensi dari pengertian panjang sabar. Yang pertama adalah orang yang sabar. Inilah level yang paling ideal yaitu sabar sebelum marah, sehingga pertengkaran dapat dihindari.
Pengertian sabar yang kedua adalah orang yang menguasai diri. Level di sini adalah dimana seseorang kembali menguasai diri ketika sudah terlanjur marah.
Jika amarah sudah terlanjur menguasai, maka belajarlah untuk tahu kapan harus berhenti dan menginjak rem emosi. Marahlah tapi jangan berbuat dosa, kuasai diri sebab kesabaran akan membawa berkat kemenangan.
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. (Amsal 16:32)