Menghayati Perjanjian Kekal Kita dengan Tuhan Melalui Jumat Agung

Menghayati Perjanjian Kekal Kita dengan Tuhan Melalui Jumat Agung

Jumat Agung yang kita rayakan setiap setahun sekali merupakan perayaan memperingati hari pengorbanan Tuhan Yesus yang tersalib menebus dosa kita. Darah-nya yang tercurah itu merupakan bukti kasih sayang-Nya Bapa kepada kita. Namun, selain itu pencurahan darah-Nya telah menjadi perjanjian yang penting antara kita dengan Bapa, sehingga kita layak menghampiri tahta Allah Bapa.

darah yesus.jpg

Kurban persembahan darah dapat dilihat dalam firman Tuhan dari kitab Kejadian sampai Wahyu, yang merupakan peringatan serta pengakuan atas kasih Allah kepada manusia, dan melalui hal ini kita dapat mengetahui sejak semula bahwa darah telah terlibat dalam proses perjanjian.

Setelah kejatuhan manusia, Allah tidak dapat memandang pasangan manusia pertama yang berdosa itu, sehingga Adam dan Hawa dipakaikan pakaian kulit binatang yang diberikan oleh Allah sendiri. Darah dari kulit yang terkoyak menyediakan suatu penudungan atas dosa mereka dan menunjukkan sebuah bayangan akan perjanjian kekal yang datang kemudian ketika darah Anak Domba tercurah sebagai kurban yang kekal dan selamanya untuk dosa-dosa manusia.

Di dalam Perjanjian Lama kita menemukan banyak contoh tentang kurban darah dan pentingnya hal itu dalam hubungan kita dengan Allah. Perjanjian Lama menunjukkan sebuah bayangan atau tipe tentang sesuatu yang akan datang. Mislanya, setiap kali imam besar memasuki ruang mahakudus  pada hari penebusan, ia membawa kurban darah untuk dosa-dosanya dan dosa-dosa jemaat.

Darah dari binatang-binatang tersebut hanya menyediakan penudungan atau penebusan sementara atas dosa, dengan demikian kurban dengan cara seperti ini harus dilakukan setiap tahun oleh imam besar. Hanya ketika darah Yesus tercurah di atas Kalvari, pekerjaan tersebut selesai. Pencurahan darah-Nya menjadi perjanjian kekal untuk menebus dan memperdamaikan manusia dengan Allah.

Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu,  telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru  yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1 Korintus 11:23-25)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

you're currently offline