Masih Belum Bisa Mendengar Suara Tuhan? Yuk, Belajar Terus
Beberapa tahun yang lalu kita mungkin pernah mendengar kesaksian pilot yang menerbangkan pesawat karena mendengar suara Roh Kudus sehingga selamat dari bahaya. Ada juga kesaksian mengenai orang yang akan membeli tiket pesawat tetapi mendengar suara “Jangan” lalu tidak jadi membeli karena pesawat tersebut ternyata mengalami kecelakaan.
Roh Kudus memang diutus untuk menolong kita dalam menjalankan hidup ini dan hanya dengan mendengar suara-Nya saja kita akan selalu hidup baik dalam tuntunan Tuhan. Namun, masalahnya apakah kita sudah bisa mendengar suara Tuhan yang diperantarai oleh Roh Kudus.
Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak. (Mazmur 29:4)
Tidak mudah mendengar suara Tuhan dengan benar, banyak tokoh Alkitab yang awalnya pun tak mengerti mengenai suara Tuhan, misalnya saja Elia yang terus mencari suara Tuhan lewat angin besar dan api tapi ternyata Tuhan bicara lewat angin sepoi basa.
Begitu pun dengan Samuel yang berkali-kali mendengar suara Tuhan, namun ia menyangka bahwa imam Eli yang memanggilnya, dan ia baru tahu itu suara Tuhan ketika imam Eli menyuruhnya menjawab ya Tuhan.
Alkitab mengajarkan kita bagaimana caranya mendengar suara Tuhan dengan baik, jika sampai saat ini kita masih belum bisa mendengar suara Tuhan yang kuat dan penuh semarak itu.
Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara TUHAN, Allahmu….(Yeremia 26:13)
Tidak mungkin kita dapat mendengar suara Tuhan dalam kebobrokan hidup kita seperti yang dikhotbahkan Yeremia kepada umat Israel pada zamannya. Langkah pertama untuk bisa mendengar suara Tuhan adalah dengan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan kita.
Memperbaiki diri atau bertobat menjadi permulaan yang penting bagi Tuhan untuk melihat sejauh mana motivasi kita dalam mendengar suara Tuhan, sebab Ia Tuhan yang kudus, jadi hampirilah diri-Nya dengan berhiaskan kekudusan pula.
Setelah membaharui diri di hadapan Tuhan, latihlah kepekaan mendengar suara Tuhan dalam keheningan, sebab Ia senang bicara dalam keteduhan jiwa kita yang merasa aman dalam Tuhan. Jangan tergesa-gesa mengharapkan suara-Nya terdengar sebab Ia lebih selalu menghabiskan waktu dulu bersama kita, setelah itu nantikanlah suara-Nya.