Mau di Proses
Besi hanya dapat menjadi pisau setelah ia mau ditempa palu besar berulang-ulang, dan dibakar dalam api panas ratusan derajat celcius. Pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun, berhail melewati ribuan angin rebut, jutaan hujan, dan berbagai godaan yang meruntuhkan, hingga ia menjadi pemandangan yang indah dan dapat menjadi tempat perteduhan bagi makhluk hidup yang lain. Sebatang rotan dapat menjadi kursi atau perabot yang indah hanya karena ia mau ditebang, di bersihkan, dijemur dibawah sinar matahari, digoreng dalam penggorengan yang sangat panas, dipotong-potong kecil, difinishing hingga ia menjadi berguna dan diletakkan di ruangan tamu. Jika tidak bayangkan rotan hanya akan hidup dalam hitungan waktu dan kembali menjadi tanah tanpa memiliki nilai yang berarti.
Manusia akan menjadi berarti hanya ketika ia mau dibentuk dan diproses oleh tangan Sang Mahakarya. Sebab sejak awal, semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan sekalipun sebagai ciptaan yang termulia. Dosa telah membuat gambar diri manusia menjadi rusak, karena itulah jika manusia tidak dibentuk oleh Tuhan maka hidupnya akan menjadi sia-sia dan tak berarti. Saat sedang dibentuk rasanya sakit dan tidak enak, saat Tuhan mengijinkan karakter kita dihancurkan, kesombongan kita ditekan, bahkan saat harga diri yang kita anggap mulai diinjak-injak. Ketika kita sadar dan mau mebuka hati untuk pembentukan itu, maka kita akan menjadi manusia yang berkenan dan layak id hadapan Allah, karena Yesus telah mengembalikan kemuliaan itu bagi kita.
Maukah kita menjalani proses demi proses dalam hidup ini dengan tetap berpegang pada firman dan kebenaranNya?
Untuk menjadi berarti, kita harus mau melewati proses, tidak ada yang terjadi dengan sendirinya.
“Siapakah kamu, hai manusia maka kamu berbantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya : “Mengapakah engkau membentuk aku demikian?”
( Roma 9:20 )
GBU All