Derita Ada Batasnya, Siapkan Hati untuk Kelimpahan Dulu Agar Tetap Tahu Diri

Derita Ada Batasnya, Siapkan Hati untuk Kelimpahan Dulu Agar Tetap Tahu Diri

Dimasa sekarang semua orang pasti mengeluh karena ini adalah zaman yang sulit. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, kita dipaksa berjuang sekuat tenaga dengan mencucurkan keringat dan air mata.

Hal ini juga dialami bangsa Israel setelah keluar dari tanah perbudakan Mesir menuju tanah perjanjian di Kanaan. Mereka digembleng sedemikian rupa di bawah asuhan Musa hingga sampai ke Kanaan di bawah pimpinan Yosua bin Nun.

Masa-masa sulit bangsa Israel ada batasnya, begitu pun dengan kita “Israel” secara rohani. Jika hari ini kita merasakan penderitaan sangat berat, maka pasti ada masanya kita merasakn kelimpahan yang Tuhan sediakan.

Namun, dalam kelimpahan itu, Tuhan tetap menginginkan sikap hati yang benar, agar kita tidak jatuh dalam dosa kesombongan. Alkitab mengajarkan kita agar tetap tahu diri dan tidak bermegah dengan kekuataan kita saat kelimpahan sudah menjadi bagian kita, sebab kelimpahan yang kita dapatkan berasal dari Tuhan, bukan dari usaha kita.

Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu — kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami — dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. (Ulangan 6:10-12)

Bangsa Israel diperingatkan Tuhan agar tetap tahu diri di hadapan Tuhan, begitu pun dengan kita yang dahulu adalah orang berdosa tapi diangkat Tuhan menjadi anaknya, diselamatkan dan hidup dalam kelimpahan untuk menjadi berkat.

Yang Tuhan inginkan dari kita setelah menjadi anak-Nya adalah hidup setia kepada-Nya, tidak melupakan Tuhan, melakukan segala ketetapan-Nya dan meneruskan cara hidup ini kepada keturunan kita selanjutnya supaya Tuhan memperhitungkan hidup kita menjadi kebenaran di mata-Nya.

Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita.” (Ulangan 6:25)

you're currently offline