Konflik Orangtua Dapat Memicu Anak Depresi, Kelola Konflik Keluarga Ala Firman Tuhan
Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan peristiwa bunuh diri seorang pelajar SMP salah satu sekolah di Cibubur yang nekat melocat dari lantai 4 sekolahnya pada jam pulang sekolah. Sebelum melakukan aksinya, ia terlebih dahulu mengirimkan pesna kepada teman dan juga keluarganya, yang menyampaikan bahwa ia bosan hidup sebab di rumah merasa kesepian dan di sekolah tidak ada yang perhatian. Selain menjadi korban perceraian orangtua, ia juga menjadi korban bullying di sekolah.
Konflik dalam rumah tangga atau perceraian dalam keluarga yang disaksikan anak-anak dapat memicu kemarahan, pemberontakan, depresi atau rasa tertekan pada diri anak-anak, entah mereka mengungkapkannya atau memendamnya dalam hati.
Oleh sebab itu, orangtua harus pandai dalam mengelola konflik keluarga agar anak tidak menjadi korban dari keegoisan, sebab konflik terjadi karena adanya tuntutan yang tidak dapat dipenuhi oleh salah satu pihak. Semua rumah tangga pasti akan mengalami konflik, namun jika kita bersandar pada Tuhan, maka kita dapat menyelesaikannya berdasarkan tuntunan Firman.
#Tetap dalam roh lemah lembut
“Saudara-saudara kalaupun seorang kedapatan melakukan pelanggaran maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh yang lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (Galatia 6:1)
Konflik pasti memicu perasaan marah dan benci satu sama lain, namun Alkitab mengingatkan agar kita harus tetap dalam roh yang lemah lembut sekalipun pasangan melakukan pelanggaran yang membuat hati terluka.
#Menerima dengan tulus
“Terimalah satu akan yang lainnya, sama seperti Kristus telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.” (Roma 15:7)
Memang sulit menerima pasangan yang selalu mengecewakan, namun Firman Tuhan mengingatkan bahwa selama kita masih memiliki pasangan berarti kita harus saling menerima dan berusaha saling melengkapi.
#Pikirkan masa yang akan datang
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:9)
Sekecil apapun konflik akan berdampak bagi buruk jika tidak segera diselesaikan. Selesaikan konflik dengan kepala dingin, mintalah bantuan konselor jika sudah tidak dapat mengatasinya, agar tidak menimbulkan trauma bagi pasangan dan anak-anak.