Kita Orang Biasa, Tapi Bisa Jadi Luar Biasa dengan Memiliki Iman yang Tabah dalam Ujian
Sama seperti kita hidup di dunia ini adalah merupakan kasih karunia Tuhan, begitu pula dengan iman. Iman merupakan kasih karunia yang Tuhan berikan agar kita dapat menerima janji-janji Tuhan menjadi nyata dalam hidup kita.
Para tokoh iman, misalnya Abraham dan istrinya Sara yang menerima janji memperoleh keturunan seperti pasir di laut dan bintang di langit tidak melihatnya dengan mata jasmani, sebab dalam hari kematian mereka, mereka hanya menyaksikan Ishak yang datang ke dalam hidup mereka secara fisik, sementara janji Tuhan untuk keturunan yang banyak itu belumlah terlihat.
Hal ini menggambarkan, bahwa iman kepada Tuhan adalah menrima janji-Nya meskipun kita belum menerimanya, sehingga kelak generasi kita dapat belajar beriman dengan benar kepada Tuhan. Penulis kitab Ibrani mengungkapkan iman para tokoh-tokoh Alkitab yang tidak melihat janji Tuhan sebagai suatu iman yang tabah dalam ujian.
Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikanitu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (Ibrani 11:13)
Kisah perjalanan iman Abraham yang sebenarnya adalah orang biasa, tetapi karena ketulusan hatinya sehingga Tuhan “menangkapnya” menjadi bapa orang beriman merupakan sebuah pembelajaran bagi kita bagaimana caranya menerima janji Tuhan dengan sukacita, melihatnya dengan matai man walaupun kenyataannya berbeda dengan mata jasmani.
Jika saat ini Tuhan menjanjikan kita suatu hal yang besar namun kita belum melihatnya, sadarilah bahwa itu tetap akan terjadi, mungkin bagi keturunan kita di masa yang akan datang sehingga generasi tersebut akan menetapkan kita sebagai orang percaya yang memiliki iman yang tabah dalam ujian.
Cara Abraham menerima janji Tuhan meskipun hanya tidak menikmatinya adalah dengan memiliki pola pikir yang benar mengenai masa kekekalan, yakni bahwa ia hanyalah orang asing di dunia ini yang sementara ini dan akan kembali pada tempat yang sebenarnya, yakni dalam Kerajaan Allah.
Waktu kita memiliki cara pandang seperti Abraham ini, maka kita akan tetap mengimani janji Tuhan, tetap melakukan hal-hal yang Tuhan inginkan sekalipun dalam mata jasmani kita tidak melihat dan merasakan janji itu digenapi secara fisik.