Cara Mendapat Belas Kasih Tuhan yang Berlimpah dalam Zaman yang Makin Rusak Ala Raja Yoyakhin
Hukum kasih Tuhan memang berlaku bagi semua orang di dunia ini, bahwasanya Ia menginginkan semua orang diselamatkan, tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan belas kasih Tuhan yang melimpah jika Tuhan tidak memberikannya. Kisah raja Yoyakhin yang menikmat belas kasih Tuhan yang berlimpah di tengah zamannya yang makin rusak, karena umat Tuhan sulit ditegur dan hidup memberontak.
Kemudian dalam tahun ketiga puluh tujuh sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang kedua belas, pada tanggal dua puluh tujuh bulan itu, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara. Ewil-Merodakh berbicara baik-baik dengan dia dan memberi kedudukan kepadanya lebih tinggi dari pada kedudukan raja-raja yang bersama-sama dengan dia di Babel; ia boleh mengganti pakaian penjaranya dan boleh selalu makan roti di hadapan raja selama hidupnya. Dan tentang belanjanya, raja selalu memberikannya kepadanya, sekadar yang perlu tiap-tiap hari, selama hidupnya. (2 Raja-raja 25:27-30)
Alkitab menceritakan secara singkat kisah hidup raja Yoyakhin yang harus mengalami pembuangan, namun ia mengalami belas kasih Tuhan yang berlimpah di masa Yehuda mengalami kelaparan dan kesesakan, tetapi raja Yoyakhin dapat hidup nyaman, berkelimpahan dan tetap terhormat.
Tidak dijelaskan apa yang dilakukan Yoyakhin kepada Tuhan sehingga belas kasihan-Nya melimpah, sebab Tuhan berhak melimpahkan belas kasih-Nya kepada siapa saja. Tapi, pasti kehidupan Yoyakhin telah menyentuh hati Tuhan sehingga Ia tergerak melimpahkan belas kasih-Nya,.
Hal ini sangat kontras dengan raja sebelumnya, yaitu Zedekia yang ditawan Babel dan anak-anaknya disembelih di depan matanya, sementara rakyatnya menderita sengsara karena Zedekia tidak taat kepada Tuhan dan tidak mendengar peringatan nabi Yeremia serta memberontak kepada penawannya.
Mereka menangkap raja dan membawa dia kepada raja Babel di Ribla, yang menjatuhkan hukuman atas dia. Orang menyembelih anak-anak Zedekia di depan matanya, kemudian dibutakannyalah mata Zedekia, lalu dia dibelenggu dengan rantai tembaga dan dibawa ke Babel. (2 Raja-raja 25:6)
Sebab oleh karena murka Tuhanlah terjadi hal itu terhadap Yerusalem dan Yehuda, yakni bahwa Ia sampai membuang mereka dari hadapan-Nya. Zedekia memberontak terhadap raja Babel. (2 Raja-raja 24:2)
Yoyakhin menerima statusnya sebagai tawanan Babel tanpa memberontak dan ia menerima keadaan itu walaupun mungkin hatinya tidak suka. Seringkali Tuhan memang harus membawa kita pada tempat-tempat dimana kita menjadi “tawanan”, namun asal kita menerima dan tidak membuat rencana Tuhan menjadi kacau, maka kita pasti dapat menikmati belas kasih-Nya, karena Ia berkuasa mengukur kemurnian hati manusia.
Jika kita ingin tetap mengalami kehidupan yang berlimpah dalam tahun-tahun kesulitan atau di masa krisis dunia, maka pastikan hati kita dapat menyentuh hati Tuhan sehingga belas kasih-Nya melimpah di hidup kita. Jangan mengacaukan rencana Tuhan dengan kepandaian dan kekuasaan kita, karena semakin hari kondisi dunia bukan semakin rusak.