Suka Iri dengan Postingan Happy Teman di Sosmed? Yuk, Belajar Ayub!
Suka melihat postingan Bahagia dari akun teman-teman kita di time line media sosial kita? Ada yang suka posting wisata kulinernya, barang branded atau postingan liburan ke berbagai tempat atau postingan lain yang membuat kita iri dengan kebahagiaan mereka.
Masalah hidup yang kita alami memang berpotensi merusak kebiasaan baik dalam diri jika kita tidak dapat menjaga hati dengan benar. Sebaik-baik atau sesaleh orang percaya, jika merasakan beban hidup yang tidak kunjung usai sehingga hidupnya mengalami penurunan akan mudah marah dan kecewa jika melihat kebahagiaan orang lain. Oleh sebab itu, Alkitab mengingatkan pentingnya menjaga hati di segala kondisi.
Penderitaan Ayub yang bertubi-tubi menjadi bukti bahwa penderitaan berpotensi menghancurkan keimanan. Ayub merasa tidak pernah melakukan hal yang jahat di mata Tuhan, waktu Ayub mengetahui anak-anaknya semasa hidup kerap berpesta, Ayub berinisiatif untuk membuat penyucian dosa dengan membakar korban di hadapan Tuhan, agar jika ada dosa yang dilakukan anak-anaknya diampuni Tuhan.
Kehidupan saleh yang dibangun Ayub dan keimanannya mulai goyah ketika ia merasakan penderitaan yang berat, sehingga Ayub mengungkapkan kekecewaannya atas derita yang dialaminya. Ayub mempersoalnya ketidakadilan hidup ini, khususnya kemakmuran, keberhasilan dan kebahagiaan yang di alami orang lain.
Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat?Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka. Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan,pentung Allah tidak menimpa mereka.Lembu jantan mereka memacek dan tidak gagal, lembu betina mereka beranak dan tidak keguguran. Kanak-kanak mereka dibiarkan keluar seperti kambing domba, anak-anak mereka melompat-lompat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan rebana dan kecapi,dan bersukaria menurut lagu seruling. Mereka menghabiskan hari-hari mereka dalam kemujuran, dan dengan tenang mereka turun ke dalam dunia orang mati. (Ayub 21:7-13)
Mendengar perkataan ini, Elifas, sahabat Ayub mengingatkan agar Ayub bertobat karena tidak ada untungnya protes kepada Tuhan atas derita yang kita alami, tidak ada manfaatnya iri hati dengan kebahagiaan orang lain, sebab Tuhan tidak menyukai sungut-sungut dan rasa tidak tahu diri.
Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau memperoleh keuntungan. Terimalah apa yang diajarkan mulut-Nya, dan taruhlah firman-Nya dalam hatimu. Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa, dan merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari dalam kemahmu. (Ayub 22:21-23)
Jangan pernah iri hati dengan kebahagiaan orang lain, karena setiap orang diberikan kadar kebahagiaan yang sama oleh Tuhan, semua kembali pada sikap hati kita dan cara kita memandang hidup ini. Jika saat ini hidup kita terasa berat, percaya saja itu akan segera berakhir, karena semua penderitaan ada masa kadaluarsanya. Ayub menikmati pemulihan dan berkat berlipat ganda setelah ia mengakui dosanya dan hidup dengan sikap hati yang benar di hadapan Tuhan.