Dear Ibu-ibu Kristen, Jangan Lakukan Mom Shamming Terhadap Sesama Ibu, Tiru Teladan Ibu Yesus!
Banyak perempuan yang merasakan adanya persaingan dan saling memandang rendah dengan sesama perempuan, baik secara halus yang hanya disimpan dalam hati, maupun yang diungkapkan secara langsung sehingga membuat perempuan lainnya merasa rendah diri, terluka dan kepahitan.
Misalnya saja, seorang ibu yang sudah memiliki anak lalu menasehati perempuan lain berdasarkan pengalamannya namun dibumbui dengah kata-kata penghakiman sehingga nampaknya ibu yang belum pengalaman tersebut merasa sangat bodoh, bersalah atau hal negatif lainnya. Mari belajar dari kisah persahabatan Maria si ibu Yesus dan Elisabet si ibu Yohanes Pembaptis
Alkitab mengatakan bahwa Elisabet mandul sampai umurnya lanjut usia, sampai suatu waktu malaikat datang menemui suami Elisabet, Zakharia untuk memberitahukan bahwa istrinya akan mengandung. Tak hanya kepada Zakharia saja, malaikat pun memberitahukan hal ini kepada Maria. Setelah mendengar kabar bahagia ini Maria datang mengunjungi Elisabet.
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. (Lukas 1:39-40)
Sikap saling mendukung, rendah hati dan memberkati harus menjadi bagian dari wanita-wanita Allah sebab Allah memanggil kita bukan hanya untuk menjadi berkat bagi orang yang belum percaya, tetapi juga menjadi teladan bagi sesama anak Tuhan. Waktu Maria bertemu Elisabet, ia tidak menjadi wanita yang merasa lebih hebat atau lebih baik karena Tuhan memilihnya menjadi ibu Yesus, melainkan tetap rendah hati dan peduli.
Dari kedekatan Maria tentu terlihat bahwa Maria tidak pernah menjelekkan atau menghakimi Elsiabet yang mandul selama pernikahannya sampai ia lanjut usia, Maria menggambarkan teladan wanita Allah yang saling membangun kepada sesama wanita, begitu pun Elisabet yang rendah hati dan tahu diri.
Waktu Elisabet sudah mengetahu bahwa Maria akan mengandung Yesus, ia tidak bersikap sok tahu atau mengganggap Maria tidak layak, melainkan mendukung dan tetap menghormati walau mungkin usia Maria lebih muda darinya.
Lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. (Lukas 1:43-44)
Dan kebaikan hati mereka sebagai sesama wanita Allah semakin nyata ketika Maria tinggal bersama Elisabet. Sebuah bentuk dukungan yang nyata baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kehidupan wanita-wanita Allah yang mencerminkan karakter Tuhan akan membuat dunia semakin lebih baik ketimbang melakukan mom shamming terhadap sesama wanita, apalagi dalam satu tubuh Kristus.
Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Lukas 1:56)