Mujizat Tuhan Dapat Membuat Lupa Diri, Belajar dari Raja Hizkia Agar Dapat Mengendalikan Diri
Masalah hidup yang berat akan membaut orang percaya lebih serius dengan Tuhan jika mengharapkan muizat terjadi, tetapi seperti apa karakter orang tersebut akan tercermin setelah mengalami mujizat yang Tuhan berikan.
Kisah raja Hizkia dapat menjadi pelajaran bagi kita bagaimana respon hati kita setelah menerima mujizat dari Tuhan, apakah tetap rendah hati atau lupa diri dan menjadi egois. Raja Hizkia pernah jatuh sakit dan hampir mati, tetapi Tuhan memberikan mujizat-Nya melalui nabi Yesaya sehingga raja Hizkia disembuhkan bahkan diberi tambahan umur oleh Tuhan.
Namun, setelah raja Hizkia sembuh, ia lupa diri sehingga ketika raja Babel datang menjenguknya, ia memamerkan semua harta kekayaan kerajaannya yang membuat Tuhan tidak suka.
Pada waktu itu Merodakh-Baladan bin Baladan, raja Babel, menyuruh orang membawa surat dan pemberian kepada Hizkia, sebab telah didengarnya bahwa Hizkia sakit tadinya dan sudah kuat kembali. Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka gedung harta bendanya, emasdan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. (Yesaya 39:1-2)
Akibat perbuatannya ini, raja Hizkia mendapat teguran dari nabi Yesaya, bahkan nabi menubuatkan hal yang buruk akan terjadi akibat kesombongannya memamerkan kekayaan kerajannya. Nubuatan nabi Yesaya ini terjadi di zaman generasi sesudah raja Hizkia mati, yaitu di zaman Yoyakhin, dimana ia dan rakyatnya ditawan di Babel dan harta kerajaan Yehuda dirampas.
Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: “Dengarkanlah firman TUHAN semesta alam! Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel.Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel. (Yesaya 39:6-7)
Yang lebih disayangkan lagi adalah sikap egois dari raja Hizkia yang tidak memikirkan generasi selanjutnya dan hanya memikirkan kedamaian diri sendiri. Padahal, Tuhan menginginkan kita seperti Daud yang menyiapkan generasi selanjutnya untuk pekerjaan Tuhan yang lebih besar, yakni Salomo yang membangun Bait Allah bagi Tuhan.
Hizkia menjawab kepada Yesaya: “Sungguh baik firman TUHAN yang engkau ucapkan itu!” Tetapi pikirnya: “Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!” (Yesaya 39:8)