Respon Setelah Mendapat Mujizat
Bagi kita yang sedang menantikan mujizat Tuhan, selalu siapkan hati karena Tuhan bisa membuat mujizat dimana saja dan kapan saja, sesuai dengan waktu-Nya yang tepat. Mujizat yang Tuhan lakukan bagi kita memiliki tujuan kekekalan, bukan hanya sekadar memuasakan keinginan hati kita.
Kisah mengenai Tuhan Yesus melakukan mujizat dengan menyembuhkan telinga Malkhus, hamba imam besar Kayafas karena tersambar pedang yang dipegang Petrus di malam saat Yesus akan ditangkap, merupakan mujizat terakhir yang dilakukan Yesus saat Ia masih menjadi manusia.
Tetapi Yesus berkata: “Sudahlah itu.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. (Lukas 22:51)
Malkhus pernah mengalami mujizat Tuhan di tengah malam gelap di taman Getsemani, namun ksiah hidupnya tidak terdengar lagi di kemudian hari setelah peristiwa itu. Alkitab dan sejarah gereja tidak lagi menyinggung nama Malkhus. Padahal namanya memiliki arti penasehat atau raja. Apakah Malkhus mengalami hidup yang bertobat atau tidak, hanya Tuhan yang tahu.
Saat kita sedang membutuhkan pertolongan Tuhan dan Tuhan langsung menolong kita, tentu kita akan gembira. Namun, setelah mengalami mujizat itu, bagaimana respon kita? Melupakannya dan kembali hidup dengan gaya lama atau memaknai mujizat tersebut melalui hidup dalam pertobatan. Jangan hilang seperti Malkhus.
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:4)