Waspada Jebakan Dari Rasa Puas Diri
Ketika seseorang sudah mengalami hidup nyaman dan baik-baik saja atau sudah mencapai impian, biasanya cenderung berpuas diri sehingga tak lagi memiliki semangat menjalani hidup seperti sebelum mencapai impian. Padahal rasa puas diri dapat menjadi jebakan yang membawa pada kebinasaan.
Perumpamaan yang Tuhan Yesus ajarkan mengenai orang kaya yang hartanya berlimpah-limpah dapat memberi kita pembelajaran bagaimana akhir hidup seorang yang berpuas diri. Yesus tidak melarang kita untuk kaya, namun yang harus diketahui bahwa, kita harus memiliki tujuan kekekalan jika ingin menjadi kaya.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (Lukas 12:19)
Jika harta kekayaan yang kita miliki hanya untuk kepuasan diri sendiri, maka kita sedang menjerumuskan diri dalam kebinasaan kekal, karena Tuhan memanggil kita ke dalam terang-Nya untuk berbuah lebat dan menjadi dampak.
Salah satu faktor yang membunuh kerohanian adalah rasa puas diri, karena saat kita berpuas diri dengan apa yang telah miliki atau yang telah kita capai akan membuat stagnasi pada kerohanian kita. Rasa puas diri membuat kita menjadi statis atau apatis dengan hidup ini, tidak bergairah dalam mencari Tuhan, sehingga menimbulkan kekeringan rohani dan tidak bertumbuh. Jika saat ini kita sudah ada di puncak keberhasilan atau bersiap meraihnya, jangan lupakan kisah orang kaya yang dibinasakan Tuhan karena sudah puas diri.
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:20)