Begini Jalan Hidup Orang Tulus Di Mata Tuhan

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk tulus seperti burung merpati (Matius 10:16). Ketulusan hati merupakan modal untuk memiliki jalan hidup yang lurus seperti yang Tuhan kehendaki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tulus berati bersih hati, suci, tidak pura-pura, tidak serong, iklas.

Boas, nenek moyang Tuhan Yesus mengajarkan kita  mengenai hidup dengan tulus hati, yakni tidak mementingkan diri sendiri, tidak mencari keuntungan dari orang lain, apa adanya, tidak perhitungan dan mau berkorban bagi orang lain.

Pada waktu ia akan menikahi Rut, ia harus lebih dulu menemui orang yang lebih berhak menebus Rut, yakni kerabat Naomi. Kerabat tersebut diberitahu Boas bahwa ia berhak menebus Rut beserta tanah  Naomi (mertua Rut). Namun, kerabat itu menolaknya karena ketika menebus Rut, kerabat itu menikahi Rut dan menjadikan anak mereka sebagai keturunan Mahlon (mendiang suami Rut). Hal ini merupakan hukum yang berlaku di masa itu.

Tetapi kata Boas: “Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi, engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya. (Rut 4:5)

Boas menebus Rut beserta tanah milik Naom dengan motivasi yang tulus. Bukan mengejar materi atau kecantikan Rut, namun karena kebaikan hati Rut dan Boas menegakkan nama keluarga Elimelekh atau nama keluarga besar Naomi karena putra Boas dianggap sebagai keturunan Elimelekh.

Dari Boas lahirlah Obed dan dari Obed lahir Isai ayah Daud, sampai lahirlah Tuhan Yesus. Tuhan memakai orang-orang yang tulus hati dalam rencana-Nya karena orang yang tulus hati mudah dibentuk dan dituntun Tuhan. Orang yang tulus hati pun mudah berdamai dengan siapa saja dan dalam kondisi apa saja, karena tahu bahwa Tuhan Sang Pembela. Jalan hidup orang yang tulus pasti lurus sesuai rencana Tuhan.

Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. (Mazmur 97:11)

v