Yang Dikatakan Tuhan Jika Kita Terlalu Baper
Kadang kala kita menjadi orang yang paling menderita atau paling susah jika mengalami beban berat, apalagi jika sudah melayani Tuhan atau sudah menjadi orang baik, padahal Tuhan menginginkan kita bertumbuh melalui pengalaman hidup yang berat supaya kita mengutamakan Tuhan daripada mengutamakan perasaan sehingga tidak menjadi orang Kristen yang terlalu baper.
Saat nabi Elia mengalami ketakutan dan frustasi karena ancaman Izebel yang ingin membunuhnya, ia menyampaikan keluh kesahnya sampai dua kali pada Tuhan, bahwa ia sudah bekerja keras untuk Tuhan di saat orang-orang Israel lainnya tidak setia.
Jawabnya: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu,meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-MU dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” (1 Raja-raja 19:14)
Elia terlalu baper dan merasa sendirian, padahal masih ada 7000 orang Israel yang setia pada Tuhan (1 Raja-raja 19:18). Tuhan tentu mengerti perasan Elia, namun Tuhan mengizinkan agar Elia mengalami next level dalam perjalanan menggenapi panggilan Tuhan.
Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. (1 Raja-raja 19:15)
Kenyataan hidup dapat membuat perasaan kita tidak nyaman, tetapi bukan untuk diprioritaskan. Tuhan mengerti segala perasaan hati kita, tapi Tuhan mau agar kita semakin kuat karena ada hal lebih besar yang harus kita kerjakan setelah kita berdamai dengan segala perasaan kita.