Anak Tuhan Di Tengah Generasi Stroberi
Di awal tahun 1980-an, di Taiwan muncul istilah generasi stroberi untuk menggambarkan orang-orang yang tidak kuat menghadapi tekanan. Seperti yang kita tahu bahwa buah stroberi akan hancur jika ditekan. Kini, sebutan generasi stroberi semakin populer digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang tidak kuat menghadapi tekanan hidup.
Generasi stroberi merujuk pada orang-orang yang kreatif akibat kemajuan zaman, namun memiliki mental yang suka cara instan, egois, individualis dan punya kecenderungan mudah putus asa. Hal ini dapat disebabkan karena begitu ketatnya persaingan di masa kini serta pola asuh orang tua.
Menyukai tantangan tapi kurang tanggung jawab dan plin plan juga merupakan ciri dari generasi stroberi karena memiliki kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapat namun kurang mendapat apresiasi positif sehingga generasi stroberi rentan dengan sakit hati atau masalah kesehatan mental.
Tantangan hidup ke depan tentu akan makin berat bagi kita, oleh sebab itu kita perlu mempersiapkan diri kita sendiri, mempersiapkan pasangan serta anak-anak kita agar tidak menjadi generasi stroberi. Mari menyediakan waktu untuk mendengar anak-anak muda, memberi perhatian, dukungan dan semangat agar berkarya di-track yang benar.
Karena kita hidup di zaman dimana seseorang mudah sekali terkenal tanpa persiapan karakter, maka anak-anak kita perlu memiliki teladan lebih dulu dari rumah atau di gereja agar tidak menjadikan orang-orang dunia sebagai teladan.
Kita sebagai orang percaya tentu dapat menjadi solusi dengan saling mendoakan, mendukung dan membangun generasi muda agar tidak menjadi bagian dari generasi stroberi, melainkan menjadi generasi anak panah yang siap melesat mencapai tujuan Ilahi.
Demikian juga orang-orang muda, nasehatilah mereka supaya mereka menguasai dirinya dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.. (Titus 2:6-7)