Berkat Dari Menghargai Orang Baperan
Pernah nggak sih kita bercanda dengan teman atau orang lain, lalu orang tersebut merasa tersinggung dan marah? Jika seperti ini, jangan lantas mudah mengatakan, “Ah, lu mah baperan!
Kata “Baperan” atau yang disingkat dari “Bawa Perasaan” telah menjadi trend dan ditujukan pada orang-orang yang mudah tersinggung, sehingga ketika kita bergaul dan dijuluki baper, maka kita harus menjadi kuat. Orang yang mudah baper biasanya karena memiliki luka batin, kepahitan atau mengalami trauma sehingga memerlukan pemulihan, bukan diberi julukan baper.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mempedulikan perasaan orang lain, ketika Tuhan Yesus melihat Maria (saudara Marta) sedang menangis, Tuhan Yesus merasa masygul atau bersusah hati karena merasakan kesedihan mereka. Yesus dapat ikut merasakan beban orang-orang yang sakit, orang-orang lapar dan susah dengan memberi solusi.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih… (Ibrani 10:24)
Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat dalam perkataan dan perbuatan agar orang lain menjadi terberkati, terbangun imannya dan terinspirasi. Jadi ketika kita berbicara dengan orang dan orang lain tersinggung, berarti ada yang harus kita perbaiki dalam gaya bicara dan perkataan kita serta jangan menjuluki orang lain sebagai baperan.
Tuhan akan memperhitungkan perkataan dan perbuatan ketika memperlakukan orang lain. Tuhan membalas perkataan dan perbuatan kita serta bagaimana cara kita menghargai orang lain. Jika kita tak dapat menghargai orang yang kelihatan dengan mata kita, bagaimana kita dapat menghormati Tuhan yang tak terlihat? Karena kita akan menuai perkataan kita, jadi mari menabur perkataan yang baik agar menjadi berkat.
Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyilah dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. (Efesus 5:19)