Bersikap Bijaksana Kepada Orang yang Suka Berhutang
Dalam lingkungan hidup kita, pasti akan ada orang di sekitar kita yang suka berhutang dan bahkan mungkin malas membayar hutangnya. Orang yang suka berhutang merupakan orang yang tidak dapat mengelola uangnya, sehingga selalu merasa kekurangan dan akan mencari orang-orang yang dapat memberikan pinjaman uang.
Tuhan Yesus pernah mengajarkan perumpamaan mengenai orang yang suka berhutang dan tidak mampu membayar, sehingga si tuan yang memiliki piutang memerintahkan untuk menghukum si penghutang, dengan cara menjual dirinya serta keluarganya.
Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. (Matius 18:25)
Orang yang tidak mampu membayar hutangnya harus diberi hukuman, karena tidak menepati janji untuk membayar. Hal ini pun dapat kita terapkan kepada orang yang berhutang, dengan cara memberi hukuman agar dapat berubah. Dalam perumpamaan ini, kemudian si pemilik piutang terherak belas kasihan sehingga tak menuntut lagi.
Kita dapat menerapkan juga belas kasihan jika digerakkan Tuhan untuk tidak menuntut hutang dilunasi, namun kita harus memiliki hati yang rela. Orang yang tidak mau membayar hutangnya biasanya tidak mengenal Tuhan dengan benar dan tidak berakar dalam Tuhan, sehingga hidup sesuka hati dan tidak bertanggung jawab atas kewajibannya.
Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah. (Mazmur 37:21)
Tidak membayar hutang merupakan ciri orang fasik yang tidak bisa menghargai harta orang lain, karena itulah Alkitab mengajar kita untuk tidak bergaul dengan orang fasik agar tidak merugikan diri sendiri. Jika kita bermaksud menolong atau memberi bantuan kepada orang fasik, lakukan dengan kasih dan tak mengharap kembali. Oleh sebab itu kita harus bijak dalam bergaul.
Sebagai anak Tuhan, kita diajarkan untuk menerapkan kasih Tuhan, namun bukan berarti kita selalu memberi hutang kepada orang yang tidak memiliki pengelolaan keuangan dengan benar. Mintalah pada Tuhan hikmat ketika hendak memberi pinjaman, apakah orang tersebut benar-benar memiliki kebutuhan mendesak atau hanya untuk sekadar memenuhi keinginannya sendiri.