Ketika Firman Tuhan Mengajarkan Kita Harus “Cincai”-lah
Dalam kehidupan kita sehari-hari mungkin pernah mengalami suatu keadaan dimana kita harus berdamai, bersikap rela, ikhlas, atau ya sudahlah. Jika kita menjalani suatu transaksi dan mencapai kesepakatan, maka mudah untuk berkata “cincai”-lah. Begitu pun kondisi hubungan kita dengan Tuhan, akan ada momen kita harus “cincai”-lah dengan Tuhan.
Mari belajar dari Ishak dimana ia kerap bersikap “cincai”-lah ketika bangsa Filistin selalu mengambil sumur yang telah digalinya. Ishak merelakan haknya karena ia tahu dan percaya Tuhan akan membukakan kembali sumur-sumur baru baginya.
Segala sumur, yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya, oleh hamba-hamba ayahnya itu, telah ditutup oleh orang Filistin dan ditimbun dengan tanah. Lalu kata Abimelekh kepada Ishak: “Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami. Ketika hamba-hamba Ishak menggali di lembah itu, mereka mendapati di situ mata air yang berbual-bual airnya. Lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para gembala Ishak. Kata mereka: “Air ini kepunyaan kami. (Kejadian 26:15&20)
Jika kita berada dalam posisi Ishak yang sudah lelah menggali sumur namun diambil oleh orang lain, tentu kita akan marah-marah dan tidak terima. Apalagi sumur merupakan sumber kehidupan kita. Namun, tidak demikian dengan Ishak. Ia tidak menjadikan hal ini sebagai sesuatu yang membuatnya emosi. Setelah mengetahui sikap Ishak, bangsa Filistin pun menyadari bahwa Tuhan menyertai Ishak sehingga mereka memilih berdamai dan Ishak membalas mereka dengan mentraktir makan.
Kemudian Ishak mengadakan perjamuan bagi mereka, lalu mereka makan dan minum. (Kejadian 26:30)
Apa yang membuat kita emosi, marah dan terluka saat ini? Perlakukan keluarga yang tak menyenangkan? Teman-teman yang suka berbuat semaunya? Pemimpin yang tak adil? Apapun kondisi hidup yang tak enak hari ini, Firman Tuhan mengajarkan kita untuk “cincai”-lah, dan mengasihi mereka yang menyebalkan, sebab Tuhan tidak tinggal diam.
Tuhan tahu kapan saat-Nya Ia bertindak membela umat-Nya yang mau berdamai dengan keadaan dan orang lain, sehingga semua orang mengetahui bahwa ada penyertaan Tuhan dalam hidup kita dan Tuhan membela bahkan meninggikan kita pada waktu-Nya.