Hari Gini Masih Jadi Kaum Rebahan? Simak Dulu Nasehat Amsal
Siapa yang nggak suka rebahan? Rebahan atau berbaring merupakan hal yang menyenangkan, ya, apalagi kalau sambil bermain gadget atau makan camilan. Rebahan akan menjadi hal yang berguna jika dilakukan setelah kita bekerja keras sepanjang hari untuk melepas lelah. Namun, pada kenyataanya, banyak orang zaman sekarang yang hobi rebahan, bukan karena melepas lelah namun karena malas.
Oleh sebab itu di masa kini muncul istilah kaum rebahan, yakni sebutan bagi orang yang hobi berbaring. Rebahan membuat kita malas melakukan aktivitas, apalagi di hari libur. Padahal, banyak hal yang dapat kita lakukan dan bermanfaat ketimbang rebahan, misalnya berolahraga, membersihkan rumah, berjalan di bawah sinar matahari pagi atau sore, dan sebagainya.
Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring. (Amsal 6:10)
Rebahan identik dengan kemalasan dan berpotensi mendatangkan kerugian. Kemalasan dapat membawa kemerosotan secara bertahap dari kemampuan seseorang untuk bekerja keras. Sama seperti seseorang yang telah kehilangan kekuatan fisik tidak dapat tiba-tiba ikut berlari maraton, demikian pula seorang pemalas mendapati dirinya semakin tidak mampu untuk bertahan dalam hidupnya atau kerja keras yang berkelanjutan.
Maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata. (Amsal 6:11)
Kemalasan dapat diperbaiki jika kita memiliki pengertian bahwa hidup yang Tuhan berikan merupakan anugerah yang harus dipertanggung jawabkan pada Tuhan pada masa penghakiman nanti. Walaupun mengubah kebiasaan rebahan sangat sulit, namun jika memiliki keinginan kuat, Roh Kudus dapat membantu kita untuk menjadi pribadi yang produktif dan kreatif.
Penulis Amsal mengajarkan kita untuk belajar dari semut, yang rajin bekerja keras pada waktunya sehingga ketika masa-masa tak dapat bekerja datang, maka semut tidak menderita kelaparan dan kekurangan, sebab telah memiliki persediaan makanan yang cukup. Tentu kita seharusnya lebih berhikmat dari semut, sebab Tuhan menciptakan kita lebih mulia dari semut.
Jangan menyia-nyiakan waktu hidup kita dengan menjadi kaum rebahan, mari menjadi anak Tuhan yang kreatif dan produktif, karena Tuhan memanggil kita untuk melakukan hal-hal yang mulia dan berdampak agar dapat menjadi perwujudan kasih Allah bagi dunia ini.
Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: (Amsal 6:6)