Dua Cara Menikmati Hidup Ala Kitab Pengkhotbah
Dalam hidup ini selalu ada pro kontra atau dia macam sisi, yang bersifat baik dan bersifat buruk, sehingga kita harus memilih salah satunya. Penulis kitab Pengkhotbah menuliskan bagaimana dua kehidupan yang pernah ia jalani dan dapat memberi kita pembelajaran.
Ingin menjalani hidup seperti apakah diri kita hari ini, maka semua akan mempengaruhi hidup kita di masa depan, sebab apa yang kita tabur hari ini akan kita tuai di kemudian hari. Kitab Pengkhotbah mengajarkan dua sisi kehidupan yang berbeda, namun mempengaruhi keamanan masa depan kita.
- Menikmati hidup yang sah di hadapan Tuhan
Jagalah langkahmu,…..Tetapi takutlah akan Allah. (Pengkhotbah 5:1&6)
Penulis kitab Pengkhotbah mengingatkan bahwa untuk menikmati hidup yang sah di hadapan Tuhan maka kita harus menjaga langkah hidup kita dan hidup takut akan Tuhan agar memiliki hidup dengan masa depan yang aman. Pilihan hidup ini akan menjadi benih yang baik karena masa tua kita pasti penuh damai sejahtera.
Firman Tuhan ini memimpin kita agar dalam hidup ini tak sekadar menjalani hidup semata, namun memfokuskan diri pada hal-hal yang berkenan pada Tuhan. Hal ini berarti menganjurkan kita agar mempersiapkan diri dengan baik untuk masa depan, tidak hidup sembarangan dan senantiasa menaatia atau mendengar kata Tuhan.
- Mengejar kenikmatan yang tidak sah
Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia .Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? (Pengkhotbah 1:1&3)
Tuhan rindu mengingatkan kita bahwa kenikmatan dosa akan menyeret kita ke masa depan yang tidak aman dan masa tua akan menjadi mimpi buruk. Sikap dan cara pandang seperti yang dikatakan oleh Pengkhotbah merupakan gambaran kehidupan yang mengikuti ego atau kedagingan manusia sehingga memandang dari sudut pandang manusia.
Memang tak ada hal yang berarti jika kita melihat dari sisi dunia ini, sebab semua yang hidup akan mati dan tak ada keabadian, padahal Firman Tuhan mengajarkan bahwa ada hidup kekal yang Tuhan sediakan sehingga kita harus berjuang semaksimal mungkin agar kelak dapat tinggal bersama-sama Tuhan dalam Kerajaan Sorga yang tidak tergoncangkan.
Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia 1 . c 1:3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?