Hikmat untuk Menjalani Hari di Masa Sulit
Kehidupan ini selalu memiliki dua sisi, kalau tidak baik, pasti buruk, negatif dan positif dan seterusnya. Dari dua sisi kehidupan ini, Tuhan pasti mengizinkan kita merasakannya agar kita bisa belajar menjadi lebih baik.
Dalam Alkitab, kita dapat mempelajari banyak hikmat supaya kita dapat menjadi orang bijaksana. Salah satu tokoh iman yang memiliki hikmat adalah Salomo. Tuhan memberikan Salomo hikmat yang luar biasa di zamannya sampai dunia terkagum-kagum pada Salomo.
Para ahli percaya bahwa Salomo mengumpulkan sebagian besar kitab Amsal dan juga kitab Pengkhotbah. Namun, kedua kitab itu seperti memiliki pertentangan sendiri. Misalnya saja kedua ayat ini.
Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. (Amsal 15:13)
Tentang tertawa aku berkata: “Itu bodoh!”, dan mengenai kegirangan: “Apa gunanya?” (Pengkhotbah 2:2)
Menurut tafsiran, kitab Pengkhotbah ditulis dari sudut pandang semasa menjalani hidup di dunia saja, oleh karena itu nadanya muram. Sementara kitab Amsal tidak mengabaikan kerumitan hidup, sehingga dalam kitab Amsal banyak nasihat-nasihat untuk menjalani hidup.
Kita telah melihat keseimbangan hidup ini melalui Salomo, dimana ia banyak memberikan petuah pada kita Amsal, namun di kitab Pengkhotbah, sepertinya ia sedang menyesali diri.
Hikmat Tuhan tentu dapat menjadikan kita mengerti apa yang harus kita lakukan di masa penuh kebahagiaan dan apa yang harus kita lakukan di masa sulit. Oleh sebab itu, hal pertama yang harus kita miliki dalam hidup ini adalah hikmat Tuhan.
Dalam hidup di masa sekarang, Tuhan Yesus sudah mengirim Roh Kudus-Nya yang akan memberikan kita hikmat untuk menjalani hidup ini dan menjadi penuntun di masa sulit. Jangan lupa andalkan Roh-Nya agar kita tahu apa yang harus dilakukan di masa sulit ini.
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Roma 11:33)