Lupa Caranya Bahagia? Rasakan Penghiburan Tuhan dalam Penderitaan
Penderitaan yang berat kadangkala membuat kita menjadi tawar hati sehingga lupa bagaimana menjadi orang yang bahagia. Di masa pandemi ini, dimana kehidupan menjadi sangat sulit pasti menjadi salah satu penyebab kita lupa bagaimana caranya bahagia.
Ketika hati kita sedang susah, kita tidak mungkin berpikir untuk membahagiakan diri sendiri, sebab hati kita pasti fokus memikirkan jalan keluar dari masalah yang ada.
Hal ini juga dialami oleh bangsa Israel yang sedang dalam tawanan Babel. Nabi Yeremia melukiskan penderitaan bangsa Israel yang berat sampai mereka lupa bagaimana bahagia.
Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum ipuh. Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu. Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan. (Ratapan 3:15-17)
Sesungguhnya pada waktu kita merasa sangat menderita sampai lupa bahagia maka kita sedang meragukan kekuatan Tuhan untuk menolong kita, padahal Ia dahsyat dalam segala hal dan perbuatan.
Nabi Yeremia mengingatkan umat Israel untuk tetap memiliki pengharapan dalam Tuhan, sebab Tuhan tidak akan mengecewakan sekalipun keadaan belum berubah.
Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN. (Ratapan 3:21-26)
Kondisi apa yang membuat Anda lupa bahagia saat ini? Imani penghiburan Tuhan ini sekalipun kita belum merasakannya karena ada harapan untuk orang yang berharap pada Tuhan.