Penderitaan Bermanfaat Bagi Tuhan dan Kita, Cek Manfaatnya Sejenak
Semua orang yang ada di dunia ini pasti mengalami penderitaan, karena hidup memang berisi kesenangan dan kesusahan.
Tuhan pun mengizinkan umat-Nya menghadapi penderitaan dengan banyak tujuan, yakni supaya kita tetap mengandalkan Dia dan menyadari keterbatasan kita sebagai manusia yang lemah di hadapan Tuhan.
Dalam perjalanan bangsa Israel, Tuhan memberitahu Musa bahwa Ia mengizinkan umat-Nya menderita agar bangsa itu tidak tegar tengkuk dan agar selalu setia pada tangan pemeliharaan Tuhan.
Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN. Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini. (Ulangan 8:3-4)
Tuhan mendidik hati kita seperti Ia mendidik bangsa Israel di tengah penderitaan, kelaparan, keinginan akan hal duniawi dan sebagainya agar hati kita tetap memercayainya bahwa di tengah kondisi yang sulit Tuhan tetap pegang kendali.
Tetapi dalam kisah bangsa Israel, selalu ada saja tingkah laku mereka yang membuat Tuhan murka, seperti memberontak dari perintah Musa, ingin semaunya sendiri dan suka bersungut-sungut dengan keadaan buruk. Inipun gambaran kepribadian kita, bukan?
Saat penderitaan atau keadaan tidak menyenangkan biasanya kita pun cenderung memilki karakter yang sama seperti bangsa Israel, padahal sudah berkali-kali ditolong Tuhan dan melihat mujizat Tuhan yang spektakuler dalam hidup kita.
Tuhan ingin kita berubah setiap hari menuju pembaharuan budi yang lebih baik meskipun hidup penuh penderitaan, jadi Ia sengaja mengizinkan penderitaan agar kita bertumbuh semakin dewasa dan semakin memercayai-Nya.
Penderitaan diizinkan Tuhan untuk mengetahui sejauh mana hati kita rela dibentuk. Tuhan bukan Pribadi yang lalai akan janji-Nya untuk menyertai, tapi Ia selalu memberikan kesempatan dan ruang bagi kita untuk mengekspresikan segala rasa hati kita, sebab Ia Allah yang penuh masih mesra, yang mencintai kita tanpa syarat sekaligus mendewasakan kita.
Belajar mengasihi Allah yang cinta-Nya tidak terbatas memang sulit, sebab kita adalah manusia biasa yang lemah, tapi jika hati kita mau dan rela menerima bimbingan-Nya maka Ia sendiri yang akan menuntun kita mencapai kedewasaan iman yang sejati, meski kita dalam.penderitaan.
Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya. (Ulangan 8:5)