Ini Hal yang Tuhan Tak Suka dari Orang Percaya, Cek Diri Kita Agar Tuhan Berkenan
Beberapa hari yang lalu Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jendral Bimas Agama Kristen mengeluarkan surat imbauan tertulis bagi umat Kristen mengenai fenomana yang terjadi akhir-akhir ini.
Semakin banyaknya oknum yang mem-viralkan khotbah atau perdebatan teologis para hamba Tuhan, sikap mengkritisi antara orang percaya atau saling menghakimi doktrin denominasi lain merupakan fenomena seru di masa pandemi ini.
Sehingga Kemenag RI melalui Dirjen Bimas Kristen perlu menghentikan semua itu agar kehidupan mengiring Tuhan menjadi lebih baik dan lebih damai.
Mungkin beberapa orang yang berpikir bahwa pandangan teologisnya merupakan kebenaran yang paling absolut sehingga harus tetap tekun berjuang menghadapi para teolog atau orang percaya yang memberitakan Firman dengan cara pandangnya perlu diluruskan, namun jangan terlalu berlebihan sampai berani menghakimi dan menggunakan kata-kata tidak baik dalam menilainya.
Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang benar, karena kebenaran kita belum tentu sesuai dengan standar standar Tuhan. Tuhan begitu tinggi luhur sehingga kebenaran manusia tidak mungkin dapat mencapainya, itulah sebabnya Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak perlu penasihat.
….dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. (Yesaya 64:6)
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? (Roma 11:34)
Yesus mengajarkan cara hidup benar sekaligus saleh agar kita tiru, Ia menyatakan dosa dan kesalahan orang dengan penuh kasih, tidak memperdebatkan dan tidak menghakimi orang yang memiliki doktrin kebenaran dengan kalimat kasar.
Jika kita sudah menghidupi Injil maka kita dapat meneladani Yesus dengan baik, sehingga ketika kita melihat ada orang percaya yang sepertinya menyimpang dari Injil maka kita dapat menegurnya secara pribadi, mendoakan, meluruskan tanpa penghakiman tetapi dalam kasih dan menebarkan buah-buah kehidupan saleh kita agar diri kita pun tidak menjadi batu sandungan.
Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa pada akhirnya seperti apa orang percaya itu sesungguhnya akan nampak dari buahnya, dan ini juga yang akan menjadi bekal di hari kekekalan, apakah buahnya tinggal tetap atau terbakar seperti ranting kering yang dalam api kekekalan.
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan. (2 Petrus 1:5-6)