Di tengah Pandemi, Dunia Jadi Tidak Aman. Tapi Tuhan Punya Tempat Aman untuk Kita
Pemerintah kita baru saja merilis sebuah aplikasi yang dapat kita unduh untuk memberitahu kita apakah kita berada di zona merah Covid-19 atau tidak. Dan jika kita telah menginstalnya lalu mendapat pemberitahuan bahwa tempat-tempat dimana kita berada merupakan zona merah Covid-19, apa yang harus kita lakukan?
Ingin berlari kemana, sebab semua daerah bahkan semua negara menjadi zona merah Covid-19. Tidak ada yang dapat kita lakukan, sebab bisa saja tetangga di samping kita atau bahkan keluarga kita menjadi salah seorang yang terjangkit Covid-19.
Tak ada tempat aman lagi di bumi ini untuk kita berpijak, sehingga kita menjadi takut dan pesimis akan kesehatan dan masa depan kita. Tetapi, kabar baiknya adalah bahwa Tuhan memiliki tempat aman bagi kita, bahkan ketika orang menjauhi tempat itu.
Ketika Musa memimpin bangsa Israel untuk keluar dari Mesir, Musa harus memiliki kesabaran ekstra sebab ketegar tengkukan bangsa Israel. Meskipun tujuan Musa sangat baik yaitu membawa mereka ke tempat yang berlimpah susu dan madunya.
Namun, jangankan ke tempat yang penuh susu dan madu, mendekat ke tempat kedatangan Tuhan saja mereka tidak berani, sebab itu hanya Musa seorang diri yang mendatangi-Nya.
Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada. (Keluaran 20:21)
Pada waktu Tuhan hadir atau Ia mengunjungi kita, jangan pergi jauh bahkan menghindari kunjungan-Nya sebab di tempat Ia hadir ada sukacita, kabar baik, kekuatan dan janji yang menghidupkan.
Namun, bangsa Israel menghindari-Nya, mereka lebih suka Musa menjadi pengantara mereka padahal Tuhan ingin mereka juga merasakan kehadiran-Nya agar mereka mengerti Allah yang mereka sembah bukan saja hebat dan dahsyat tapi menyukai sebuah keintiman.
Padahal, di tempat Musa dan Tuhan yang sedang berbicara, merupakan tempat perubahan dan pembaharuan sehingga Musa tidak sama lagi setelah ia berbicara dengan Tuhan. Musa menjadi lebih berhikmat, lebih sabar, lebih berwibawa dan wajahnya bercahaya akan kemuliaan Tuhan.
Hanya di hadirat Tuhan kita dapat menjadi pribadi yang berbeda, menjadi orang yang tidak mudah takut, menjadi orang yang berhikmat, memiliki wibawa Allah dan memancarkan kemuliaan-Nya di wajah kita.
Ketika Musa turun dari gunung Sinai — kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu — tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN. (Keluaran 34:28)