Dampak Covid-19 Membuat Anda Berdukacita? Ini Sukacita di Balik Dukacita Itu!
Kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang memang tidak akan bertambah menjadi lebih mudah dan lebih baik, sebab dilihat dari berbagai bidang, semuanya mengalami perubahan ke arah yang lebih buruk. Alam semesta pun tidak mengalami perubahan yang semakin menguatirkan dan membuat munculnya banyak bencana karena ulah manusia di bumi ini.
Sebagai manusia biasa, kita pasti cemas, takut dan kuatir menghadapi hari esok, apalagi sekarang seluruh dunia sedang dilanda virus Covid-19 yang semakin merajalela dan memakan banyak korban jiwa. Semakin lama, dunia tempat kita tinggal memang menguatirkan.
Inilah ujian iman kita, dimana iman sangat berperan membawa kita menuju ke arah panggilan Tuhan atau mengikuti kehancuran dunia yang sedang berjalan. Orang yang tidak di dalam Tuhan Yesus atau tidak mengenal Tuhan Yesus akan terseret dalam hancurnya dunia ini, tetapi orang yang di dalam Tuhan akan mengalami kehidupan.
Dan dunia ini sedang lenyapdengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allahtetap hidup selama-lamanya. (1 Yohanes 2:17)
Masa-masa kesukaran di dunia ini yang sekarang kita rasakan sebenarnya belum seberapa, karena aka nada masa kesesakan yang akan dihadapi oleh gereja Tuhan pada akhir zaman. Hal ini bukan karena Tuhan jahat, tetapi gereja Tuhan memang harus mengalami pemurnian agar Tuhan mendapati iman di bumi ini dan iman itulah yang menyelamatkan kita.
Setiap dukacita yang kita alami di dunia saat ini merupakan ujian hidup yang akan menghasilkan iman, ketekunan dan kesalehan jika kita tetap berharap pada Tuhan. Ayub menjadi teladan bagi kita bagaimana menghadapi ujian hidup yang berat ketika semua yang berharga hilang dari hidupnya. Ayub tetap berpaut pada Tuhan, bertobat dari kata-katanya yang salah dan menanti-nantikan Tuhan dalam kesesakan hdiupnya.
Dukacita pasti ada batasnya karena Tuhan mengetahui batas kekuatan umat-Nya dalam menanggung penderitaan dan dukacita, karena untuk segala sesuatu di dunia ini ada batasnya. Ada waktu berdukacita dan ada waktu bersukacita.
Penderitaan Ayub diakhiri dengan pertobatannya yang mengakui kedaulatan Tuhan dan penyerahannya kepada Tuhan akan hidup di masa depan. Ayub mengajarkan kita bagaimana kunci mendapatkan sukacita dalam penderitaannya, yakni mengalami Tuhan secara pribadi lebih dalam dari sebelumnya.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesalaku duduk dalam debu dan abu. (Ayub 42:5-6)
Apa yang membuat Anda berdukacita saat ini? Kesulitan ekonomi? Virus Covid-19 yang merajalela? Masalah keluarga? Masalah pekerjaa? Sakit penyakit? Atau lainnya? Percayalah semua akan ada masa berakhirnya dan berganti menjadi sukacita waktu kita meniru teladan Ayub. Jika pemulihan belum terjadi tetaplah nantikan Tuhan dengan penuh iman dan harapan, karena itulah yang membuat kita bertahan dan diselamatkan.
TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. (Ayub 42:12)