Jangan Menjadi “Anak Sulung yang Terhilang”, Baca Dulu, Agar Kita Bukan Salah Satunya!
Pasti kita sudah mengetahui perumpamaan anak yang hilang dalam Alkitab, bukan? Cerita ini sering dibuat sebagai drama di gereja dan sudah snagat dihafal oleh orang Kristen. Namun, jika kita merenungi lebih lanjut, ada dua anak hilang dalam kisah ini, yakni yang bungsu terhilang karena meninggalkan bapanya namun dia kembali lagi.
Lalu anak yang terhilang selanjutnya adalah anak sulung yang berada di rumah bapanya setiap saat tetapi tidak pernah merasa nikmat di rumah bapanya, bahkan cenderung merasa seperti hamba, bukan menjadi anak kesayangan bapanya.
Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. (Lukas 15:29)
Apakah kita pernah merasakan demikian? Melihat orang Kristen yang baru saja bertobat atau baru mengenal Tuhan Yesus dan mendapatkan berkat yang melimpah, kemudian kita merasa iri melihatnya sebab kita membandingkan dengan diri kita yang sudah lama menjadi orang Kristen tetapi hidup dalam kesulitan.
Atau kita merasa sudah menjadi orang Kristen senior sehingga mudah menghakimi dan sulit memaafkan orang lain sebab kita merasa benar seperti “si anak sulung yang terhilang” itu. Padahal, seharusnya semakin lama kita tinggal dengan Bapa kita maka karakter Bapa harus melekat dengan kita, sehingga kita mudah mengampuni, tidak mudah menghakimi dan penuh kasih.
Anak sulung dalam perumpamaan anak yang hilang menggambarkan orang Kristen yang sudah lama menjadi Kristen atau orang Kristen senior yang tidak mengenal dengan benar Bapanya sehingga hidupnya penuh roh agamawi, memakain ayat Alkitab untuk menghakimi, memakai Firman Tuhan untuk membenarkan diri dan menggunakan topeng rohani untuk kesukaanya sendiri.
Kisah anak sulung yang terhilang menggambarkan orang-orang Kristen zama sekarang yang hidup agamawi dan tidak menjadi teladan, mari mulai intropeksi diri agar kita tidak menjadi salah satu anak yang hilang di akhir zaman ini, supaya tidak menjadi bagian dari orang yang tahu tentang Yesus tapi tidak dikenal oleh Yesus.