Ketika Mujizat yang Diharapkan Tidak Terjadi, Begini Seharusnya Sikap Hati Kita!
Pada akhir tahun 2019 yang lalu, laman Instagram pernah memuat tagar #WakeUpOlive untuk memberi semangat dan doa kepada penyanyi lokal Gereja Bethel Redding, California yang berduka cita atas kematian putrinya Olive Heiligenthal yang berusia 2 tahun. Selama 6 hari gembala, pengerja dan jemaat mendoakan jasad Olive agar dapat bangkit dari kematiannya, namun mujizat yang diharapkan tak kunjung terjadi sehingga Olive pun dimakamkan.
Firman Tuhan memang memberikan banyak janji kehidupan, kelimpahan dan berkat. Namun, bukan berarti kita pasti akan selalu hidup nyaman tanpa kesakitan, penderitaan bahkan kematian. Tuhan Yesus sendiri mengalami penderitaan, aniaya dan kematian, apalagi kita sebagai manusia biasa.
Jangan terlena dengan pengajaran dan khotbah yang selalu menyenangkan hati akan berkat, mujizat dan kelimpahan, sebab akan ada waktunya Tuhan mengizinkan kita menderita, mengalami aniaya bahkan kekal mengalami kematian. Iman mengenai pikul salib, sangkal diri dan memikul kuk yang Tuhan pasang harus senantiasa kita tanamkan dalam kekristenan kita sembari terus memperbaharui diri menuju pada kesempurnaan yang Bapa inginkan agar kita serupa dengan-Nya.
Alkitab selalu menjadi jawaban dalam setiap masalah kita, jika kita telah memohon segala sesuatu yang baik kepada Tuhan dan mengharapkan mujizat segera terjadi tetapi yang kita harapkan tidak terjadi, yang pertama kita harus mengevaluasi diri, apakah kita sudah benar dalam koridor iman kita pada Tuhan sebab tanpa iman percaya kepada-Nya mujizat tidak terjadi.
Ingat kisah dimana Yesus tidak dapat membuat mujizat di tanah kelahiran-Nya Nazareth sebab mereka tidak percaya kepada-Nya. Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nyaatas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaanmereka. (Markus 6:5-6)
Tapi bukan hanya karena ketidakpercayaan kita kepada Tuhan maka mujizat tidak terjadi, namun karena memang Tuhan tidak memberikan mujizat agar iman kita semakin dewasa, seperti yang dialami rasul Paulus dalam melayani Tuhan. ia mengalami aniaya, kelaparan, penjara, akan dibunuh bahkan memiliki duri dalam daging yang tetap dibiarkan Tuhan ada.
….seperti orang gila–aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah;lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluhkurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudidan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta. (2 Korintus 11:23-31)
Mujizat, kesembuhan dan berkat memang janji Tuhan, tetapi Tuhan Yesus menyelamatkan kita bukan hanya untuk merasakan segala yang terbaik dari-Nya, tetapi juga untuk memiliki hidup yang siap dalam segala hal karena Dia Tuhan yang memberi kekuatan, menopang dan menyertai senantiasa.