Seandainya Kita Harus Membuktikan Iman atau Murtad Seperti Orang Percaya di Jepang, Pilih Mana?

Seandainya Kita Harus Membuktikan Iman atau Murtad Seperti Orang Percaya di Jepang, Pilih Mana?

Pekan ini Paus Fransiskus mengunjungi beberapa negara di Asia, salah satunya negara Jepang. Beberapa media menyoroti kunjungan Paus dan juga mengulas sejarah Kekristenan di Jepang yang cukup tragis. Jika kita pernah membaca berita atau menonton film mengenai tekanan yang dialami orang percaya di Jepang pada abad ke-17, maka kita dapat belajar bagaimana beriman yang sesungguhnya kepada Yesus.

Pada masa itu, orang percaya di Jepang harus membuktikan iman mereka kepada Yesus atau tunduk kepada pemerintah. Jika mereka ingin tetap hidup maka mereka harus menginjak lempengan tembaga yang bergambar wajah Yesus sambil meludahi lempengan tersebut. Jika tidak bersedia melakukan hal ini, maka mereka akan disiksa dengan kejam, baru kemudian dibunuh atau meninggal karena penderitaan tersebut.

Kini, Kekristenan di Jepang belum sirna karena masih ada puluhan ribu orang yang rela menginjak lempengan wajah Yesus demi bertahan hidup, kemudian mereka memelihara ajaran Kekristenan kepada keturunan mereka. Kepercayaan ‘Kristen Tersembunyi’ yang kini masih ada di Jepang merupakan slaah satu bukti warisan mereka, walaupun ritualnya menggabungkan beberapa ajaran, yakni agama Budha dan Shinto, mungkin demi mempertahankan Kekristenan.

Lempengan tembaga gambar wajah Yesus yang diinjak dan diludahi orang percaya di Jepang abad 17

Rasul Paulus mengajarkan kita bagaimana caranya mempertahankan iman kepada Tuhan agar tetap teguh di tengah tekanan dan aniaya karena ulah orang yang tidak percaya Yesus. Paulus pernah dipenjara, disiksa, diancam akan dibunuh namun ia tetap mempertahankan iman sampai garis akhir.

…Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi…(2 Korintus 11:23-25)

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (2 Korintus 4:8-9)

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. (2 Timotius 4:7)

Seandainya kita ada di posisi orang percaya di Jepang abad ke-17, apa yang kita pilih? Meludahi gambar Yesus agar selamat di dunia atau tidak melakukannya kemudian disiksa dan meninnggal?

you're currently offline