Begini Cara Bergerak Dari Ketakutan Menuju Iman
Ketakutan akan menghalangi kita untuk mengambil langkah iman. Ketakutan bahwa kita tidak punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, takut dengan sakit penyakit yang menimpa, takut akan masa depan dan rasa takut akan banyak hal akan membuat kita tidak dapat melihat rencana Allah. Ketakutan juga membuat kita berhenti memberi kepada Tuhan dan menghalangi kesetiaan kita kepada Tuhan.
Allah telah membuat perjanjian dengan kita, Dia tidak akan pernah berubah pikiran. Tuhan telah berjanji untuk tidak membiarkan kita sendirian. “Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah” (Mazmur 89:35).
Hanya kita yang bisa melanggar perjanjian dengan Tuhan, dan Tuhan tidak akan melanggarnya. Jadi, ketika kita memiliki alasan untuk takut, maka kita harus fokus kembali kepada visi Tuhan dan mengenali ketakutan sebagai senjata yang digunakan Iblis untuk mengalahkan kita.
Sebagai anak Allah, seharusnya ketakutan tidak memiliki tempat dalam hidup kita. “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Timotius 1:7)
Dengan iman kita harus memegang janji Tuhan, sebab ini artinya kita tidak akan dikalahkan oleh situasi yang kita hadapi, selama kita tetap beriman dalam Tuhan. dalam masa-masa kesukaran, Allah menjanjikan pertolongan-Nya bagi kita bukan sekadar pas-pasan, tetapi kita akan dipuaskan.
Ishak merupakan salah satu bukti nyata tokoh Alkitab yang berani untuk mempercayai Allah di tengah ketakutannya akan kelaparan besar, kebinasaan dan maut. Ishak tidak mau terikat oleh keterbatasan alaminya atau oleh keadaan yang ia hadapi. Sebaliknya, ia menutup mata terhadap ketidakpercayaan, dan menaati Allah.
Ishak memilih untuk taat kepada Allah. Ia tidak pergi ke Mesir melainkan tetap tinggal di tanah yang Tuhan janjikan akan diberikan kepadanya dan kepada keturunannya. Ia tidak memandang tanah yang kering dan pecah-pecah. Ia memandang kepada Allah dan percaya Allah akan menggenapi janji-Nya. Ia tidak mencoba menentukan bagaimana Allah akan memberkati dia dan mencukupi kebutuhannya.