Melindungi Pernikahan dari Kebencian
Tahukah Anda bahwa tindakan menyayangi ditandai dengan melindungi rasa diri berharga dan bernilai dari pasangan kita, yaitu dengan menemukan makna dalam hidup serta panggilan Tuhan. Tindakan menyayangi menuntut kita untuk berperang melawan kebencian, karena kita semua menikahi seseorang yang tidak sempurna.
Ketika kita tidak menerapkan kasih karunia, maka kesalahan pasangan dapat mengarahkan kita pada kekecewaan, yang mengarahkan kita pada frustasi, kepahitan dan kebencian. Inilah yang disebut siklus kebencian. Dr. John Gottman menyebut kebencian sebagai ancaman terbesar utama bagi daya tahan dan kebahagiaan pernikahan.
Kita seharusnya lebih prihatin tentang hubungan kita dengan pasangan daripada dengan orang lain manapun. Jangan pernah mengkambing hitamkan pasangan demi melindungi hubungan kita dengan orang lain. Sebaliknya, hadanglah serangan terhadap mereka untuk memenangkan kesetiaan dan ucapan terima kasihnya. Salah satu senjata paling potensial dari menyayangi adalah ucapan terima kasih.
Dalam menjalani komitmen bersama, jika kita melihat pada seberapa jauh pasangan kita harus berusaha memaklumi dengan menghargai seberapa jauh ia telah melangkah, agar kita tidak meruntuhkan semangatnya untuk maju lebih jauh lagi.
Tindakan menyayangi mungkin tidak masuk akal bagi orang-orang yang ada di luar pernikahan, tapi tindakan ini tentu membuatĀ pasangan suami istri yang berada di dalamnya lebih bahagia. Kita melindungi pasangan kita dan reputasinya daripada menunjukkan kebencian, bahkan jika orang lain tidak sepakat dengan kita. Pilihlah untuk menyayangi.
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yohanes 3: 16-18)