Jangan Membangun “Kubu-kubu Pertahanan”

Jangan Membangun “Kubu-kubu Pertahanan”

Dalam kitab Mazmur kita dapat menemukan ayat dimana penulis Mazmur menjadikan Tuhan sebagai kubu pertahanan. Hal ini tentu berdasarkan pengalaman si penulisnya yang mengalami pertolongan Tuhan saat dalam bahaya, oleh karena ia menyebut Tuhan sebagai kubu pertahanan.

Namun, ketika Daud menjadi besar, ia mulai berpikir bahwa semuanya adalah miliknya. Alkitab mengatakan bahwa Daud berdiam di benteng, dengan kata lain ia telah membangun “kubu-kubu pertahanan” di sekelilingnya. Ini adalah tanda mementingkan dan menagungkan diri sendiri.

KAYA

 

Dan Daud menetap di kubu pertahanan itu dan menamainya: Kota Daud. Ia memperkuatnya sekelilingnya, mulai dari Milo ke bagian dalam. (2 Samuel 5:9)

 

 

Setiap orang yang mengambil berkat Allah menjadi miliknya sendiri telah membuat “kubu pertahanan”, yaitu dunianya sendiri. Orang seperti itu hidup dalam khayalan dan angan-angan, berpikir bahwa perusahaan, keluarga atau hartanya adalah miliknya. Sayangnya, Daud sendiri tidak bisa mengerti hal tersebut. Dia membangun kubu pertahanan untuk dirinya dan menamai dengan namanya sendiri, bukan memberikannya untuk kemuliaan Tuhan.

Banyak orang Kristen memiliki pemikiran yang sama seperti Daud, mereka hidup dalamn “kubu pertahanan” yakni menggunakan berkat Allah untuk kepentingan mereka sendiri dan tidak memiliki keinginan untuk memberikannya kepada orang lain. Mereka lupa bahwa pada suatu hari Pemilik kehidupan dan Sang Pemberi berkat akan mengetuk pintu “kubu pertahanan” mereka dan meminta pertanggungjawaban atas semua berkat yang telah diterima.

Kita diminta untuk melaksanakan kehendak Allah dan menjadi pembawa pesan Allah di atas bumi ini, jadi ketika kita memakai berkat-Nya untuk memperluas kerajaan Allah di bumi maka kehidupan kita akan menjadi berkat di bumi. Meskipun kita tidak lagi di dunia kelak, kehidupan kita akan tetap menjadi berkat bagi banyak orang setelah kepergian kita, seperti kehidupan Tuhan Yesus.

Mari menggunakan semua milik kita dengan bijaksana dan jangan pernah berpikir bahwa semua yang kita miliki adalah untuk kepentingan kita, melainkan berpikir untuk menggunakan segala yang kita miliki demi kepentingan Allah.

Katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah  nama TUHAN!” (Ayub 1:21)

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

you're currently offline