Pernikahan Ibarat Menari Balet
Koreografer balet Rusia bernama George Balanchine pernah berkata bahwa para pebalet pria harus dapat menyadari perannya sebagai pihak yang menunjukkan kualitas terbaik dari pebalet wanita, yakni dengan memutar, menangkap, mengangkat dan mendukung pebalet wanita, lalu menghilang di balik panggung sambil memerhatikan pebalet wanita mendapat standing ovation dari penonton.
Begitulah yang terjadi dengan pernikahan, setiap pihak harus dapat memperlihatkan sisi terbaik pasangannya dengan memiliki sikap seperti pebalet pria tadi, yakni rela menjadi orang kedua yang dengan sigap mendampingi pebalet wanita, dengan memutar, mengangkat, menangkap dan mendukung pebalet wanita.
Pernikahan adalah proses dari saling menyayangi dan membangun satu sama lain, di dalam itu juga terkandung sikap saling menerima satu sama lain sehingga dalam pernikahan tersebut akan terpancar kualitas terbaik dari pasangan sambil membiarkan pasangan kita bersinar pada apa yang dilakukannya. Jika hal ini terjadi maka yang indah akan menjadi semakin indah, inilah kekuatan dari menyayangi.
Pernikahan yang saling menyayangi adalah belajar mengenai menjadi puas untuk menjadi orang kedua yang bersedia menunjukkan keahlian atau kemampuan pasangannya sehingga menjadi perpaduan dua orang yang saling melengkapi, inilah yang menjadi panggilan kegembiraan pernikahan. Panggilan ini adalah bukanlah kemauan untuk menghargai kegembiraan yang ditimbulkan oleh pasangan kita, melainkan untuk bergembira dalam kegembiraan pasangan kita.
Menyayangi artinya menyoroti kekuatan pasangan kita di lingkup publik, untuk membuat yang indah semakin menjadi indah, dan membuatnya bertumbuh dalam lingkup pribadi, sebab semakin kita menyayangi seseorang maka semakin besar sukacita yang kita dapatkan dari pernikahan. Ketika sukacita terbesar kita adalah memberi sukacita kepada pasangan kita, maka pernikahan pun akan meluncur dengan mulus.
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28)