Virus Pembunuh Cita-cita

Virus Pembunuh Cita-cita

Temukan hal-hal yang memenjarakan mimpi kita dan kalahkan dia .

John Maxwell

Banyak orang tidak melihat mimpi, visi atau cita-cita kita menjadi kenyataan. Ketimbang terbang tinggi mengatasi awan badai, mimpi kita justru seperti pesawat yang mendarat darurat dan terpaksa masuk ke hanggar.  Mimpi yang hilang menjadi penyesalan saat usia bertambah dan waktu menghilang. Di sepanjang hidup manusia, ternyata ada lima virus yang menjadi alasan mengapa mimpi, visi dan cita-cita kita tidak menjadi kenyataan, kita menyebutnya sebagai pembunuh mimpi. Jika kita menyadari satu hal atau lebih ada dalam kehidupan kita, ini saatnya kita membunuh virus pembunuh cita-cita kita.

Virus

1. Visi, mimpi dan cita-cita dilemahkan oleh orang lain

Kita harus menjadi pilot bagi mimpi dan visi kita sendiri, kita tidak bisa mempercayakannya pada orang lain.  Orang-orang yang tidak punya mimpi dan visi dalam hidupnya, datiag pada kita dan mengikuti kita. Tapi orang-orang seperti ini banyak kali merasa mereka yang punya mimpi justru tidak pantas untuk sukses dan mereka cenderung menarik kita ke bawah seperti halnya mereka. Jika kita terlalu memperhatikan suara-suara dari luar, maka kita membiarkan orang lain membajak cita-cita kita. Selain itu, orang lain akan membuat batasan dengan meragukan kemampuan kita. Ketika kita dikelilingi oleh suara-suara kritikan, kita harus meraih kendali dengan kuat untuk menjaga agar kita tidak dibuat kandas atau KO.

  1. Kita jatuh dalam kebiasaan menerapkan standar rata-rata

Menjadi orang rata-rata adalah alasan yang normal. Sedangkan menjadi yang unggul memerlukan ekstra usaha , inspirasi berkesinambungan dan disiplin di atas rata-rata. Ketika kita ingin mimpi dan cita-cita kita terbang tinggi, kita harus mengalahkan beban yang jadi lawannya. Seperti gravitasi, keadaan hidup secara terus menerus menarik mimpi kita kebawah, menciptakan kita menjadi manusia biasa-biasa saja.

Kebanyakan dari kita tidak membayar harga untuk mengalahkan musuh dari mimpi atau cita-cita kita. Kita mungkin saja mulai bergairah mengejar cita-cita, namun tak lama kita kelelahan. Meskipun tidak pernah bermaksud untuk mengabaikan mimpi kita, kita mulai membuat kompromi sana-sini. Dengan berjalannya waktu, hidup kita menjadi tak maksimal serta cita-cita dan mimpi akhirnya kandas.

  1. Terbelenggu kekecewaan dan luka masa lalu

Banyak dari kita hidup dalam memori kegagalan, kekecewaan dan luka batin yang kita alami di masa lalu. Kekecewaaan adalah jurang pemisah yang nyata antara harapan dan kenyataan, dan semua dari kita harus menghadapi jurang pemisah itu. Kegagalan adalah hal yang diperlukan dan bagian alami dari hidup, namun jika kita ingin meraih visi, mimpi dan cita-cita maka kita harus bersedia dan berani berurusan dengan masa lalu untuk kemudian menguburnya demi masa depan kita.

  1. Kita kekurangan kepercayaan diri

Mimpi, visi dan cita-cita itu sesuatu yang rapuh, sesuatu yang akan berantakan karena serangan dari semu sisi. Untuk mengejar mimpi dan cita-cita, harus didukung oleh tenaga ekstra yang disebut keyakinan diri atau rasa percaya diri. Pada jamannya Amelia Earhart, seorang wanita tak pernah dibayangkan untuk menerbangkan pesawat. Jika ia kekurangan kepercayaan diri maka dia tidak akan pernah mencoba untuk menjadi pilot. Namun Amelia Earhart dengan percaya diri  mengejar cita-citanya. Sebagai upahnya ia diganjari baik kepuasan dan juga ketenaran.

  1. Kita kehilangan imajinasi untuk bermimpi

Selama ribuan tahun, umat manusia berpergian menjelajah daratan dengan berjalan kaki, menaiki kuda, menaiki kereta api dan pada akhirnya menaiki kendaraan. Tapi terima kasih untuk Orville dan Wilbur Wright, kita sekarang bisa melintasi samudera dalam hitungan jam. Imajinasi kedua bersaudara ini mengatasi olok-olok dan rasa sangsi untuk menjadi pionir menerbangkan manusia. Dunia tidak sama lagi berkat mimpi dua bersaudara ini.

Banyak dari kita melakukan hal sepele karena kita tidak mengijinkan diri kita memiliki visi, cita-cita tinggi dan mimpi besar. Kita terperangkap dalam kenyataan dan tidak pernah menantang untuk melintasi lebih dari apa yang bisa kita lihat. Imajinasi mengangkat kita kita diatas rata-rata dengan memberikan pada kita suatu visi yang memastikan apa yang akan kita alami. Cita-cita, mimpi dan visi memberi makan semangat kita dengan energi dan membawa kita kepada kebesaran.

“Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman  sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah,dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Matius 17:20)

18 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

you're currently offline