Berjalan Dalam Rencana TUHAN

Berjalan Dalam Rencana TUHAN

walkPeter Wagner berkata “Saat kita mendapatkan sebuah nubuatan, buatlah jurnal. Melalui jurnal itu, kita dapat me-review kembali apa yang telah didapatkan sebelumnya. Dan bila memang nubuatan itu berasal dari Tuhan. Dia yang akan membawa nubuatan itu terjadi atas hidup kita. Dan bukan dengan kekuatan kita sendiri, mewujudkan nubuatan itu terjadi.”

Mendengar perkara ini, roh saya melonjak dan Tuhan membawa flash back perjalanan kehidupan saya sejak SMP hingga sekarang ini. Tuhan berkata “Anakku, ingatkah engkau saat engkau mendapatkan nubuatan untuk yang pertama kalinya. Saat itu, Aku berkata bahwa engkau akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun engkau menolak dengan keras. Dalam benakmu, engkau berfikir bahwa untuk menjadi menjangkau bangsa-bangsa, engkau harus sekolah Alkitab dulu, tergabung dalam suatu badan. Tapi coba engkau lihat sekarang, bukankah saat ini, engkau sedang melangkah ke arah sana. Ke arah penggenapan visi dan nubuatan yang telah Aku sampaikan berpuluh tahun lalu kepadaMu. Tidak ada satu pun rencanaKu yang akan gagal kecuali engkau yang menggagalkannya dengan menolak rancanganKu atasmu.”

Memang benar saudaraku, saat SMP dalam benak saya terekam bahwa saya harus menjadi pendeta, gembala, atau misionaris untuk bisa menjangkau bangsa-bangsa. Dan itu adalah sebuah profesi yang saya tolak, karena saya berfikir orang-orang yang seperti ini tidak bisa punya banyak, punya perusahaan dan harus hidup sebagai orang suci. Dan bagi saya, status pendeta adalah suatu standar yang sangat-sangat tinggi, sulit terjangkau dan ekslusif.

Tuhan tidak habis akal dengan saya. Memasuki SMA di sekolah yang sama, Tuhan menggiring saya untuk memasuki gereja lokal dimana persekutuan ini bernaung. Disinilah saya mengenal arti kata “misi”. Dalam hati saya terheran-heran sekaligus takjub, koq mau-maunya mereka keluar masuk hutan, makan seadanya bahkan mengeluarkan uang dari kocek sendiri untuk biaya perjalananan.  Dan saya tetap keukeuh (ngotot red) bahwa itu bagian mereka dan bukan bagian saya. Saking seringnya di sounding di gereja dan persekutuan, mau tidak mau perkara ini mulai mengubahkan pola berfikir dan hati saya. Tuhan mulai melembutkan hati saya dan menjejakkan alur-alur bajak misi di tanah hati saya.

Bukan hanya itu, Tuhan mengirimkan seorang pembimbing rohani yang luar biasa sabarnya bagaikan seorang malaikat untuk menuntun saya hidup dalam kebenaran. Walaupun badannya kecil, imut, dia punya otoritas ilahi di dalamnya. Melalui dirinya, saya banyak belajar nilai-nilai kristiani, belajar untuk melayani orang lain dengan kunjungan ke rumah sakit, belajar mendoakan orang lain, menyiapkan karpet/tikar, belajar menjadi usher, etc. Tuhan telah berinvest sangat besar dalam hidup saya melalui orang–orang ini.

Masa perkuliahan dan memasuki dunia kerja adalah masa transisi, di sana terjadi  banyak perubahan dalam hidup saya. Sempat saya terpuruk dalam jurang kekelaman, namun yang luar biasa Tuhan tidak tinggal diam. Dia mengutus orang yang sama  untuk menemani dan mendampingi saya. Sebuah keteladanan luar biasa dia tunjukkan, tanpa banyak bicara, tanpa firman Tuhan yang bertele-tele, dia hadir di samping saya dan mendengar semua unek-unek yang tumpah meruah. Hingga saya bisa keluar dari jurang tersebut! Salut!

Rupanya tugas orang ini telah selesai dan Tuhan telah menyediakan pembimbing yang baru bagi saya. Melalui diri orang ini, saya semakin diperlengkapi dengan lebih dasyat lagi. Suatu hari dalam sebuah ibadah, orang ini berkata “Tuhan memanggil kamu untuk menjadi pendoa syafaat.” Wakkk…..k……k….. (shock)……. Apa? Pendoa syafaat?! Tidak..! Jadi usher, jadi kolektan, OK lah. Jadi pendoa, Tidak!

Dengan lembut, lagi-lagi kelembutan mampu melelehkan hati saya.  Orang ini berkata, “Menjadi pendoa memang bukan pelayanan yang disorot manusia, tapi pelayanan ini adalah sama mulianya di mata TUHAN.  Bahkan lebih mulia, karena kamu menjadi perantara antara manusia dengan Allah. Dan Alalh hendak memakai kamu untuk menyatakan rahasia-rahasia terdalamNya. Mana yang akan kamu pilih, menyenangkan hati Alalh atau menyenangkan hati manusia ?”

Singkat kata, saya meminta waktu untuk mempertimbangkannya dan akhirnya saya meng ”iya” kan untuk memasuki pelayanan ini. Pendisiplinan, kemurnian hati, ketulusan hati, kekudusan, ketekunan, komitmen dan berani bayar harga adalah makanan utama untuk menjadi seorang pendoa. Bukan berarti pelayanan lain tidak ada standar kerohanian, tapi menjadi seorang pendoa adalah benar-benar sebuah panggilan khusus dari Tuhan. Bila hanya sekedar ikut-ikutan atau sekedar iseng, dalam tempo singkat akan berguguran. Saya pun sempat mau mengundurkan diri karena tidak kuat dengan tekanan yang ada, namun Tuhan senantiasa menguatkan saya kembali untuk tetap berjalan dalam panggilan ini.

Terobosan berikutnya, terjadi saat Pak Leonardo Sjamsuri kotbah di tempat kami  mengenai “Terobosan Dalam Kehidupan”. Saat itulah saya, mendapatkan pencerahan yang luar biasa, bahwa saya adalah gambaran pribadi Allah dan di dalam diri saya tersimpan potensi yang luar biasa. Saya hanya tinggal mengeluarkannya dan menggunakannya.  Dan semakin diteguhkan kembali saat saya mengikuti seminar Vertical Leap di mana saya mendapatkan kembali visi yang telah lama terkubur dan nubuatan-nubuatan dari Tuhan atas hidup saya.

Saat mendapatkan visi dan nubuatan itu, sebenarnya saya masih blank. Dalam benak saya, mana mungkin saya bisa mencapai hal itu. Begitu besar, begitu dasyat, begitu ajaib dan tidak mungkin bisa saya capai, bagaimana harus memulainya, bagaimana harus mencapainya. Namun bila merunut kembali kejadian demi kejadian yang saya alami sampai sekarang, saya dapati bahwa saya berada dalam tracknya Tuhan dan visi itu semakin jelas. Saya memang belum melihat hasil dari visi tersebut secara kasat mata, tapi saya percaya visi itu telah terjadi dalam hidup saya. Dan saya tinggal melangkahkan kaki saya untuk menggenapinya.

EMPAT HAL YANG SAYA PEGANG:
1. BERDOA
Bagi saya berdoa adalah suplemen penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, jiwa dan roh saya. Tanpa berdoa, saya akan seperti rumah yang tidak memiliki pintu dan dengan mudahnya si pencuri masuk dan mengambil barang berharga saya. Melalui doa terus menerus, membuat saya senantiasa berjaga-jaga dan berada dalam perlindungan Tuhan 24 jam.

Bagi saya, berdoa adalah kunci untuk meraih kemenangan dalam kehidupan ini. Melalui doa, Tuhan seringkali menyingkapkan perkara-perkara yang tersembunyi kepada saya, isi hati orang dan pengertian-pengertian akan firman Tuhan. Tanpa hal ini, saya akan dibuat stres dengan masalah yang ada dan masuk dalam jerat si iblis.

Berdoa bagi saya bukanlah suatu beban, karena melalui berdoa saya bisa bercakap-cakap dengan Bapa. Saya bisa tahu apa yang Dia inginkan dan yang tidak Dia inginkan. Terkadang memang Bapa suka mendiamkan saya, itu pun karena saya suka memaksakan keinginan hati saya  kepadaNya dan Dia tidak setuju.

2. HIDUP DI DALAM FIRMAN TUHAN

Pemazmur katakan “FirmanMu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku” dan ini adalah benar. Firman Tuhan adalah seperti sebuah flash light/senter. Di setiap tangan kita, telah ada flash light itu. Namun keputusan kita sendirilah, yang menentukan apakah akan mempergunakan flash light itu atau tidak.

Senter memiliki fungsi untuk menerangi suatu obyek, entah itu manusia/hewan, benda dan memiliki daya jangkau. Bayangkan diri anda berada dalam suatu ruangan gelap dan di tangan anda ada sebuah senter. Bila senter ini anda main-mainkan di tangan dan secara serampangan anda tembakkan ke berbagai arah, anda tidak akan menemukan pintu keluarnya dan anda tidak dapat mengenali keadaan di dalam ruangan tersebut. Supaya bisa keluar dari ruangan tesebut, anda cukup mengarahkan senter itu ke arah kaki anda dan mengarahkan beberapa meter di depan anda. Sehingga anda bisa menentukan arah langkah anda dan mengenali hambatan-hambatan yang ada di depan anda. Anda berjalan menghampirinya, anda mengarahkan beberapa meter lagi di depannya, dst sampai akhirnya anda menemukan pintu keluarnya.

Sama seperti senter, firman Tuhan akan menuntun kita langkah demi langkah kepada Allah. Perjalanan ini memang tidak mengenakkan bagi sebagian besar orang, penuh hal-hal yang menakutkan, mengerikan, menggetarkan, mendebarkan, namun percayalah selama senter itu ada ditangan anda. Anda akan dibuatnya merasa aman bersamaNya. Saat anda sudah menemukan pintu keluar, anda akan menjadi orang yang sama sekali berbeda dari yang sebelumnya. Jadi, apapun yang terjadi jangan pernah melepaskan firman Tuhan dari hidupmu!

3. MENYIMPAN
Sebagian besar dari kita tentu suka menyimpan foto-foto masa lalu, surat-surat dari pacar/relasi anda atau barang-barang yang memiliki nilai historis. Nah, saya bukanlah orang-orang yang seperti itu, memang ada beberapa barang yang masih saya simpan sampai saat ini tapi itu hanya berupa foto masa kecil. Barang-barang yang sudah tidak berfungsi atau sudah jadul, tong sampahlah tempatnya.

Hal ini rupanya berpengaruh terhadap hubungan saya dengan Tuhan. Saya seringkali melupakan perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan pada saya. Saya seringkali menganggapnya sepele dan cenderung mengacuhkannya. Akibatnya, saya sering kali mengalami jatuh bangun dalam perjalanan iman saya. Saya lupa, bahwa Tuhan pernah menolong saya. Saya lupa bahwa Tuhan sedang berperkara dengan saya.

Hingga suatu hari saya dibukakan mengenai kisah Abraham bahwa dia membuat mezbah sebagai tugu peringatan untuk mengingat kebaikan Tuhan. Dan sejak saat itu, perjalanan iman Abraham menjadi semakin naik, semakin besar dan tidak menjadi turun. Melalui perkara ini, saya belajar dan menerapkan hal yang sama. Saya membangun tugu peringatan kebaikan Tuhan dengan mencatat segala sesuatu yang telah Tuhan perbuat dan nyatakan melalui hidup saya. Saat saya mengalami pergumulan dan tantangan, Roh Kudus menuntun saya untuk melihat tugu-tugu ini dan kembali menguatkan saya, sehingga saya bisa berkata, “Bila dulu Tuhan pernah menolong daya, maka dalam perkara ini pun Tuhan pasti menolong saya dan membuat saya lebih dari pemenang.”

4. SENANTIASA MENGUCAP SYUKUR
Pengkhotbah 3:1, “untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Bila kita membaca di ayat-ayat berikutnya, dikata bahwa ada waktu untuk lahir dan meninggal, ada waktu untuk menanam dan mencabut (menuai), etc.

Selama kita tinggal di dunia, kita tidak dapat menolak hukum alam ini, dan ini dialami oleh semua umat manusia tidak terkecuali. Baik orang jahat maupun orang baik. Yang membedakan adalah bagaimana cara kita menyikapinya. Bila kita menyikapinya dengan bersungut-sungut, itu artinya kita sedang melawan ketetapan Tuhan. Namun bila kita menghadapinya dengan ucapan syukur, itu artinya kita menyadari posisi kita yang sebenarnya di bumi ini dan mengakui kemahakuasaan Tuhan.

UCAPAN SYUKUR:
– Membuat kita mampu menanggung beban yang melebihi kapasitas diri kita
– Membuat kita mampu melihat ada sesuatu yang telah Tuhan sediakan di balik ini semua
– Membuat kita sadar bahwa sebagai manusia kita memiliki keterbatasan
– Membuat kita naik level dari sebelumnya

Sekarang bila anda bertanya, “Apakah saya sudah menemukan panggilan hidup saya ?” dengan yakin saya katakan “YA” dan sekarang saya sedang berlari menuju penggenapannya.

Bagaimanakah dengan anda ? Apakah anda benar-benar yakin sudah berjalan dalam rencana Tuhan atau jangan-jangan sedang sibuk berputar-putar di padang gurun ?

Bila saat ini, saudara masih bingung bagaimana berjalan dalam rencana Tuhan. Datanglah padaNya dan serahkan diri anda kepadaNya. Temukan rancangan-rancangan indah atas dirimu melalui 4 hal di atas. Seiring dengan berjalannya waktu, akan anda dapati bahwa anda sedang berjalan bersamaNya. Tidak perlu ngoyo untuk mengejar penggenapan nubuatan atau visi anda.

Sama seperti Peter Wagner katakan di atas, kita tidak perlu berusaha dengan kekuatan sendiri untuk mencapai nubuatan itu (karena kita akan dibuatnya menjadi lelah). Tapi nubuatan itu akan datang pada kita dan Tuhan memberikan hasratNya pada kita, untuk kita mewujudkannya. *

oleh : Liesye Herlyna

myjourney-hliesye.blogspot.com

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

you're currently offline